News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Ketua Umum PBB: Politik Itu Jangan Terkesan Timbulkan Dinasti dan Restu-restuan

Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra saat ditemui awak media di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (12/10/2023). Yusril Ihza Mahendra menyoroti perihal kondisi politik tanah air belakangan ini.

Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyoroti perihal kondisi politik tanah air belakangan ini.

Beberapa diantaranya yakni mulai berhembusnya narasi dinasti politik usai adanya wacana putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang berpotensi maju sebagai cawapres.

Baca juga: Gibran Santer Jadi Cawapres, Projo Sebut Omong Kosong Soal Narasi Dinasti Politik

Kemungkinan Gibran maju sebagai cawapres itu makin kuat usai adanya gugatan batas usia capres-cawapres ke Mahkamah Konstitusi (MK) 

Terkait hal ini, Yusril menyinggung soal tradisi politik di Indonesia. Menurutnya, jangan sampai terlihat dengan nyata hal-hal yang erat kaitannya dengan dinasti politik justru nampak dipermukaan.

"Jadi apakah itu baik bagi tradisi politik kita? Menurut saya sebenarnya gaperlu ada hal-hal seperti itu. Jadi politik itu jangan terkesan lebih harus menimbulkan satu Dinasti," kata Yusril kepada awak media saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (12/10/2023).

Baca juga: Yusril Dinilai Miliki Paket Lengkap untuk Bisa Dampingi Prabowo di Pilpres 2024

Tak hanya perihal dinasti politik, Pakar Hukum Tata Negara itu menyinggung soal restu dari pemerintah soal menentukan pemimpin.

Pernyataan Yusril ini didasari karena bakal capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto akan mengkonsultasikan nama cawapresnya kepada sosok dengan julukan 'Pak Lurah'.

Menurut dia, restu itu bukan hal yang perlu dilakukan, terlebih akan ada dampak untuk pemimpin mendatang.

"Dan politik itu juga (jangan) harus ada restu-restuan seperti tadi itu," kata dia.

Mantan Menteri Hukum dan HAM itu menyatakan, yang harus disadari oleh para pemimpin adalah bagaimana meneruskan program yang ada di pemerintahan sebelumnya dan memperbaiki apa yang belum terselesaikan.

Akan tetapi, kata dia, dilanjutkan program itu tanpa harus menghapus yang sudah ada.

"Yang paling penting setiap pemimpin itu menyadari bahwa mereka bukan harus merobohkan atau menghapuskan apa-apa yang telah dilakukan oleh pendahulunya. Tapi dia meneruskan apa yang baik dan tetap hormati apa yang ada itu," tukas dia.

Kekinian, Yusril Ihza Mahendra mengungkap, bahwasannya sejauh ini nama pendamping bakal cawapres untuk Prabowo Subianto masih dalam pembahasan.

Kata Yusril, hingga kini, Prabowo Subianto sebagai bakal capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) sejatinya, membuka setiap kemungkinan siapapun yang mau maju sebagai cawapres.

Baca juga: SETARA Institute soal Batas Usia Capres-Cawapres: MK Bukan Penopang Legalisasi Dinasti Jokowi

"Memang di kubu Pak Prabowo ini terbuka untuk mencalonkan siapa saja baik dari kalangan partai koalisi maupun dari luar itu dan Pak Prabowo sendiri mengatakan siapa saja boleh mencalonkan," kata Yusril kepada awak media saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (12/10/2023).

Nantinya kata Yusril, setiap nama yang diusulkan tersebut akan dimusyawarahkan oleh para ketua umum parpol di internal KIM.

Tak hanya kepada pimpinan parpol di KIM, pembahasan cawapres ini juga kata dia, turut dikonsultasikan dengan seseorang yang diberi julukan 'Pak Lurah'. 

Pernyataan itu, kata Yusril disampaikan langsung oleh Prabowo Subianto dalam suatu kesempatan.

"Nanti akan dimusyawarahkan diantara partai-partai koalisi bahkan pernah satu kali beliau mengatakan nanti sejumlah nama itu akan beliau konsultasikan dengan Pak Lurah," kata dia.

Nantinya, petunjuk atau saran 'Pak Lurah' tersebutlah yang akan dijadikan rujukan Prabowo dalam menentukan pendampingnya sebagai cawapres.

Hanya saja, Yusril tidak membeberkan secara detail siapa sosok 'Pak Lurah' ini. 

Namun, jika menilik pidato Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam sidang tahunan DPR RI, Agustus lalu, yang bersangkutan mengaku kerap mendengar adanya julukan Pak Lurah disematkan untuk dirinya.

"Dan nanti apa petunjuk Pak Lurah sehingga itu akan menjadi dasar bagi beliau untuk memutuskan siapa Pasangan calon wakil presiden yang akan dipilih oleh beliau," ujar dia.

Adapun sejauh ini, nama yang sudah mengerucut sebagai cawapres potensial untuk Prabowo Subianto ada empat orang.

"Pertama adalah Pak Airlangga Hartarto yang diajukan oleh Golkar kemudian Pak Erick yang diajukan oleh PAN, kemudian PBB mengajukan saya, walaupun PAN belakangan mengatakan juga akan mengajukan Pak Muhadjir Effendi," kata dia.

"PBB mengatakan kalau Yusril enggak bisa, maka pak Sekjen akan mengajukan Gibran, itu adalah pembicaraan seperti itu walaupun tidak resmi tetapi sudah dikemukakan juga pikiran seperti itu," tukas Yusril.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini