News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Nilai Jokowi Tak Netral, Pengamat: Dia Sudah Berpihak kepada Prabowo

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo bersama dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjajal kendaraan taktis bernama Maung yang dibuat oleh PT Pindad. Pengamat politik, Djayadi Hanan mengatakan Presiden Jokowi tidak bersikap netral pada Pilpres 2024 dan berpihak pada Prabowo.

TRIBUNNEWS.COM – Pengamat politik, Djayadi Hanan menuding Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak bersikap netral dalam Pilpres 2024.

Ia menyinggung putra Jokowi sekaligus Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, yang saat ini menjadi bakal cawapres pendamping Prabowo Subianto.

“Tak mungkin. Itu tidak masuk akal kalau Jokowi netral sekarang."

“Kan, anaknya jadi calon presiden. Bagaimana mau bilang dia netral?" kata Jayadi, Selasa (31/10/2023), dikutip dari tayangan di kanal YouTube Kompas TV..

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) itu juga mengatakan keberhasilan Gibran menjadi bakal cawapres Prabowo bukan semata-mata usaha Gibran sendiri.

Kata dia, para analis politik sudah bisa melihat bahwa ada orkestrasi untuk menjadikan Gibran sebagai cawapres Prabowo.

Menurut Djayadi, upaya menjadikan Gibran sebagai cawapres bukan hal yang mudah lantaran harus mengakali atau mengubah peraturan.

“Dan itu tidak mungkin usaha Gibran sendiri, kan. Harus ada usaha dari orang-orang yang punya kemampuan, kekuasaan, akses kepada kekuasaan," ujarnya.

Baca juga: KPU Digugat Rp70,5 T karena Loloskan Gibran, Gerindra: Sangat Janggal & Kental Nuansa Politik

Oleh karena itu, sulit dikatakan tidak ada peran Jokowi dalam upaya membuka jalan bagi Gibran.

“Sudah sangat jelas kok Jokowi itu berpihak kepada Prabowo dan itu lebih jelas lagi dengan mendudukkan Gibran sebagai cawapres Prabowo," ucapnya.

Presiden Jokowi dan anaknya, Gibran Rakabuming Raka, yang kini maju sebagai cawapres pada Pilpres 2024 (Tribunnews)

Beberapa waktu lalu Jokowi juga memilih bungkam ketika ditanya tentang kekecewaan elite PDIP kepadanya.

Jayadi menyebut Jokowi memilih bungkam karena menghindari perang terbuka dengan PDIP.

"Kan itu sudah sangat-sangat jelas, maka diamnya Jokowi bukan pernyataan netral."

"Diamnya Jokowi itu (karena) Jokowi sudah tahu bahwa dia tidak dianggap netral lagi."

“Kalau beliau berkomentar, mungkin itu akan makin terbuka perangnya," tambahnya.

Baca juga: Wawancara Khusus dengan Sekjen Gelora Mahfudz Siddiq: Gibran Pemecah Kebuntuan Politik

Djayadi berujar masyarakat sudah mengetahui bahwa Jokowi berpihak kepada Prabowo.

"Gimana kita mau memahami bahwa Jokowi netral secara politik? Kan enggak bisa. Wong anaknya diusahakan untuk masuk ke cawapres Prabowo dan sekarang anaknya, Gibran, menjadi cawapres Prabowo. Di mana netralnya itu," kata dia.

Adapun mengenai langkah Jokowi mengajak tiga bakal capres makan siang bersama, Djayadi menyebutnya sebagai hal yang biasa. 

"Kan politik bukan panggung depan seperti itu. Politik itu apa yang sesungguhnya terjadi di panggung belakang," ujarnya.

Menurut Djayadi, di panggung belakang orang sudah memahami dengan sangat jelas bahwa Jokowi tidak bersikap netral.

Baca juga: Gibran Dipersilakan Pindah ke Golkar, Anak Jokowi Klaim Masih Jadi Kader PDIP

Sementara itu, mengenai kekecewaan sejumlah elite PDIP terhadap Jokowi, Djayadi menyebutnya sebagai hal yang wajar karena selama ini PDIP memang mengandalkan Jokowi, termasuk Gibran.

"Jokowi dinominasikan oleh PDIP walaupun PDIP punya nominasi lain waktu itu, awal 2014. Jadi, ada banyak jasa PDIP kepada Jokowi," ucapnya.

Jayadi kemudian mengatakan Jokowi belum tentu menjadi presiden apabila tidak dicalonkan oleh PDIP.

Namun, ketika PDIP sedang memerlukan Jokowi dan Gibran untuk memenangkan Ganjar pada Pilpres 2024, keduanya justu meninggalkan PDIP.

“Saat yang sama mereka meninggalkan PDIP tanpa pemberitahuan dari awal. Jadi, kaya pergi aja gitu tanpa memberi tahu. Kalaupun disebut pamit, pamitnya kan setelah jadi cawapres. Jadi, tidak ada pembicaraan awal dan sebagainya.”

“Kalau misalnya PDIP kecewa, bukan hanya wajar, menurut saya harus. Kenapa? Karena salah satu yang paling mungkin dirugikan secara elektoral oleh manuver Jokowi dan Gibran ini adalah PDIP," ujarnya.

Baca juga: Makan Siang Bersama Wapres, Gibran Ingin Sampaikan Ini ke Muhaimin dan Mahfud MD

(Tribunnews/Febri)

 
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini