TRIBUNNEWS.COM - Bacapres PDI Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo belakangan ini kerap mengkritik kinerja dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai dari soal poros maritim hingga kebijakan food estate.
Pengamat politik sekaligus Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas Sitorus justru menilai kritikan Ganjar bukan sebuah wujud kerenggangan antara Jokowi dan PDIP.
Namun, Fernando melihat hal ini menjadi bukti bahwa Ganjar adalah sosok calon pemimpin yang anti kritik meski yang dikritik adalah sesama kader PDIP.
"Saya melihat ini sesuatu yang wajar saja, ini bagian yang menunjukkan Pak Ganjar siap untuk menjadi pemimpin yang akan datang."
"Karena bagaimanapun juga, Pak Ganjar juga bahwa beliau itu tidak anti kritik, karena apa? Pada saat sekarang beliau bisa mengkritik, tentunya ketika beliau menjadi pemimpin nanti, siap untuk dikritik oleh siapapun termasuk internalnya," katanya dalam program On Focus di YouTube Tribunnews, dikutip Minggu (12/11/2023).
Fernando pun menilai kritik Ganjar ke Jokowi ini menjadi wujud dirinya bukanlah sosok yang menjilat Presiden demi meraih dukungan dari masyarakat dalam kontestasi Pilpres 2024.
"Jadi bukan menjadi capres yang siap menjilat presiden yang sekarang hanya untuk sekedar mendapat dukungan, karpet merah demi bisa melenggang ke depan," tuturnya.
Dia pun menilai kritik Ganjar ke kinerja Jokowi bukan hanya sekedar kritik saja tetapi menjadi wujud kesiapan mantan Gubernur Jawa Tengah itu untuk juga memperbaikinya.
"Kita berharap kepada Pak Ganjar, kira-kira apa sih tawaran-tawaran Pak Ganjar untuk memperbaiki kritikan-kritikan terhadap pemerintahan Pak Jokowi sekarang yang dianggap masih kurang," ujarnya.
Deretan Kritikan Ganjar soal Kinerja Jokowi
Sebelumnya, Ganjar melontarkan beberapa kritik terkait kebijakan Jokowi selama sembilan tahun kepemimpinannya.
Kritik ini disampaikannya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia yang digelar di Jakarta Selatan pada Rabu (8/11/2023).
Contohnya, Ganjar mengkritik poros maritim dunia pada 2045 untuk Indonesia.
Menurutnya, program tersebut jalan di tempat selama hampir 10 tahun terakhir.