TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto buka suara soal turunnya elektabilitas Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam hasil survei terbaru Indonesia Political Opinion (IPO) dan Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA.
Hasto menyebut hasil survei hanyalah sebuah alat untuk memenangkan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Menurut Hasto, survei pun mudah diintervensi seperti keputusan Mahkamah Konstitusi (MK).
"Kalau mau survei diintervensi dulu. Kalau keputusan MK saja bisa diintervensi istana, masak survei tidak," ucap Hasto dalam keterangan tertulisnya, dikutip dari Wartakotalive, Rabu (22/11/2023).
Baca juga: Status Presiden Jokowi di PDIP Versi Gibran, Puan dan Hasto
Hasto menambahkan, ada sejumlah cara yang bisa digunakan untuk mengintervensi hasil survei.
Satu di antaranya, dengan membagikan sembako kepada warga di sekitar lokasi pengambilan sampel.
Dalam keterangannya, Hasto lantas menyinggung beredarnya beras dengan kemasan bergambar Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Hasto menilai cara tersebut mudah memengaruhi hasil survei.
Kendati demikian, Hasto meyakini tidak semua warga bisa terpengaruh dengan pembagian sembako oleh pasangan calon (paslon) tertentu.
Sebab, menurut dia, hanya pasangan Ganjar dan Mahfud MD yang layak menjadi presiden di 2024 mendatang.
"Pak Ganjar, gubernur tercepat yang mengentaskan kemiskinan. Pak Ganjar bisa tidur di rumah-rumah rakyat untuk menyerap aspirasi dan apa yang dikehendaki oleh rakyat itu," papar Hasto.
Baca juga: Ditanya soal Status Jokowi di PDIP, Hasto Kristiyanto Bilang Begini
"Pak Ganjar itu menyelesaikan masalah dengan cepat. Pak Ganjar ini bisa gaspol. Mana yang lain gak punya energi. Jadi, perpaduan Pak Ganjar dan Mahfud adalah perpaduan energi untuk keunggulan Indonesia."
Hasto yakin, Ganjar-Mahfud bisa membawa Indonesia menjadi bangsa yang lebih maju.
Ia lantas menyinggung soal korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang kembali terjadi.