News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Pakar Kesehatan Masyarakat Sambut Baik Program Capres Lawan Stunting

Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Program Penanggulangan Stunting di Desa Parungmulya, Karawang yang dijalankan Peruri.

TRIBUNNEWS.COM - Pakar Kesehatan Masyarakat Endang L Achadi menyambut baik Capres-Cawapres yang mengusung program melawan stunting.

Menurutnya, penyebab masalah stunting multi faktor, tidak hanya aspek kesehatan tetapi aspek lain termasuk akses ke pangan, kemampuan membeli pangan dengan baik, gizi dan lainnya.

Hal ini memerlukan koordinasi dengan semua pihak.

Lebih mengerucut lagi, ada dua penyebab utama stunting, yakni asupan makanan yang tidak adekuat yang berlangsung lama atau sering.

“Kalau hanya sebentar tidak menjadi masalah tetapi kalau sering dan lama tentu akan menjadi masalah.
Kedua adalah anak tersebut menderita infeksi yang berulang seperti cacingan, campak dan lain sebagainya,”ungkap Endang.

Baca juga: Pemerintah Diharapkan Segera Akselarasi Kebijakan Gizi Spesifik untuk Cegah Stunting

Jika kemudian diurutkan lagi menurut Endang akan dilihat apakah bayi diberikan ASI eksklusif selama enam bulan.

Lalu setelah enam bulan juga diberikan Makanan Pendamping Asi (MPASI).

Kadang untuk wilayah-wiyalah tertentu sulit untuk mendapatkan hal ini. MPASI juga jarang diberikan maka ini akan menyebabkan stunting.

Endang juga menekankan pentingnya edukasi pada Ibu Hamil dan Ibu Balita.

“Dengan edukasi tersebut, Ibu menjadi tahu bahwa anaknya harus diimunisasi, diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan, lalu perlu MPASI dan pola hidup sehat seperti memakai alas kaki."

"Di wilayah-wilayah yang ikannya murah diajarkan bahwa ikan ini sangat baik dikonsumsi anak atau di daerah telur ayam murah dan mudah didapatkan juga diajarkan bahwa telur baik dikonsumsi anak-anak,”lanjut Endang.

Ia kemudian menyitir prinsip umum bahwa seorang Ibu akan melakukan apa pun yang terbaik buat anaknya.

“Jadi kalau dia mendapat pemahaman tentang apa yang terbaik buat anaknya walaupun tidak mahal maka itu akan dilakukannya,”terang Endang.

Dalam kunjungannya ke Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) baru0baru ini, pasangan calon presiden Ganjar Pranowo menyoroti persoalan serius di Provinsi tersebut, di antaranya masalah stunting, perdagangan orang, dan akses air bersih.

Penurunan angka stunting memang menjadi salah satu perhatian pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden.

Paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Keduanya bakal menurunkan angka stunting di bawah 9 persen.

NTT menjadi salah satu daerah prioritas pencegahan stunting.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Paslon ini menyiapkan berbagai langkah seperti pemberian dukungan gizi dan akses layanan kesehatan kepada perempuan selama masa kehamilan dan menyusui.

Kemudian berkomitmen mengadakan sosialisasi pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai bayi menginjak usia 6 bulan.

Juga sosialisasi pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sehat untuk mendukung pertumbuhan bayi.

Untuk melaksanakan semua hal tersebut, pasangan Ganjar-Mahfud punya program unggulan yakni 1 Desa 1 Faskes dan 1 Nakes.

“Stunting itu soal akses kesehatan yang mestinya dibikin satu puskesmas di satu desa atau Pustu (Puskesmas Pembantu) yang dilengkai satu nakes dan dokter. Itu meski kita wujudkan sehingga mereka dapat menangani pola ibu mengandung sampai melahirkan seribu hari pertama,”papar Ganjar.

Pandangan Timnas AMIN

Wakil Kapten Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Nihayatul Wafiroh menegaskan bahwa penanganan stunting tidak bisa diselesaikan dengan makan gratis.

Adapun hal itu disampaikan Nihayatul dalam diskusi bertajuk Desak Anies di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (5/12/2023).

Baca juga: Wapres Maruf Amin Minta Digitalisasi Perwakafan Nasional Lebih Terintegrasi

Mulanya Nihayatul menyebutkan bahwa salah satu yang terpenting dalam penanganan stunting yakni pendidikan parenting.

Ia kemudian mencotohkan ada kasus suami dan istri berprofesi dokter tetapi anaknya stunting.

"Kenapa bisa seperti itu? karena anaknya ini yang merawat adalah pembantunya. Sementara pembantunya tidak dipintarkan, akhirnya diberikan gizi yang tidak seimbang," kata Nihayatul.

Selanjutnya diungkapkannya menata diri sebelum menikah khususnya anak perempuan. Salah satu problem terbesar perempuan muda sekarang yaitu anemia.

Ia menegaskan terkait anemia itu perlu diperbaiki jauh sebelum menikah.

Terakhir dikatakannya yakni soal Budaya Timur yang mana masih sering berpikir. Suami harus mendapatkan makanan enak dan bergizi.

"Sehingga kalau punya makanan bergizi, makanan enak itu suaminya dulu yang dikasih makan. Istrinya yang sedang hamil hanya dikasih kuahnya. Inilah yang harus kita ubah," terangnya.

Wakil ketua Komisi IX DPR RI itu lalu menyebutkan bahwa stunting itu bisa diperbaiki dua tahun pertama pasca kelahiran.

"Kalau lebih dari itu (2 tahun) sulit untuk diperbaiki. Jadi bukan makan gratis, kalau makan gratis anak dua tahun belum makan gratis. Belum sekolah juga anak dua tahun itu," tegasnya.

Prabowo Bagi Susu

Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka mengawali kampanye perdana pada Selasa (28/11) dengan bagi-bagi makan siang dan susu gratis untuk anak sekolah dan pesantren di seluruh Indonesia.

Berbagi makan siang dan susu gratis jadi salah satu program Prabowo-Gibran untuk menyelesaikan masalah stunting, sekaligus meningkatkan gizi bagi generasi berikutnya.

Program susu dan makan siang gratis ini merupakan swadaya dari tim kampanye nasional (TKN) dan tim kampanye daerah (TKD).

Anggota Komisi IX DPR dari fraksi Partai Gerindra, Suir Syam mengatakan dalam upaya membuat seorang anak pintar dan terhindar dari stunting perlu diawali dengan pemberian makanan yang punya nilai gizi bagi anak.

"Jadi, untuk seseorang itu pintar, itu yang utama adalah gizi dulu. Kalau gizinya baik, mulai dari anak di dalam rahim ibu sampai umur dua tahun, kalau gizinya bagus, karbohidrat cukup, protein cukup, kemudian vitamin dan mineral cukup, maka anak itu otaknya akan cerdas dan sehat," kata Suir Syam kepada wartawan, Kamis (30/11/2023).

Direktur RSUD Achmad Mochtar periode 2000-2003 ini menjelaskan bahwa kebutuhan energi seorang wanita sekitar 1.900 kkal dengan kebutuhan protein sekitar 50 gram per hari sebelum hamil.

Ketika hamil pada trimester pertama, kebutuhan energinya meningkat menjadi 2.080 kkal serta kebutuhan protein 68 gram per hari. Kemudian pada trimester kedua dan ketiga, kebutuhan energinya meningkat menjadi 2.200 kkal.

Ia menyebut calon ibu yang kurang asupan protein, berisiko menyebabkan bayi yang lahir dengan bobot berat badan di bawah normal, bayi mengalami masalah seperti bibir sumbing atau kelainan fisik lainnya yang merupakan satu penyebab stunting.

Bahkan dampak kekurangan protein berefek pada kurang sempurnanya pembentukkan air susu ibu kelak dalam laktasi.

"Jadi kalau kita memberikan program makanan yang bergizi seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan diberikan kepada anak TK, SD, SMP, SLTA, dan ibu hamil, gizi mereka akan baik. Pemberiannya dilakukan siang hari," kata dia.

Sebagaimana diketahui Prabowo dalam paparannya pada dialog terbuka dengan Muhammadiyah Rabu (22/11/2023), mengatakan ada total 82,9 juta orang yang akan mendapat makan siang gratis.

Mulai dari anak-anak usia dini Pra-SD sebanyak 30 juta orang, anak jenjang pendidikan SD sebanyak 24 juta orang, anak jenjang pendidikan SMP sebanyak 9,8 juta orang, dan anak jenjang SMK/SMA sebanyak 10,2 juta orang.

Baca juga: Sederet Kegiatan Capres di Kampanye Perdana, Bertemu Pemuka Agama Hingga Sosialisasikan Susu Gratis

Makan siang gratis juga diberikan untuk murid di pesantren sebanyak 4,3 juta orang dan juga untuk ibu hamil 4,4 juta orang.

(Tribunnews.com/ Chrysnha, Rahmat W. Nugraha, Danang Triatmojo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini