TRIBUNNEWS.COM - Capres nomor urut 1, Anies Baswedan mengklaim Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) mengalami penurunan.
Bahkan, dia sampai menyebut bahwa rakyat sudah tidak percaya dengan proses demokrasi saat ini.
"Ketika bicara demokrasi minimal tiga. Satu adalah adanya kebebasan berpendapat, oposisi penyeimbang pemerintah, ketiga ada pemilu, proses pilpres yang netral transparan dan jurdil," tuturnya dalam debat capres 2024 di Kantor KPU, Jakarta pada Selasa (12/12/2023).
Selain itu, Anies juga menyebut penyebab demokrasi di Indonesia menurun lantaran adanya pasal karet di UU ITE dan UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.
"Dan kalau kita saksikan, bagaimana kebebasan berbicara menurun, termasuk mengkritik partai politik, dan angka demokrasi kita menurun, indeks demokrasi kita," ujar Anies.
Baca juga: Sejumlah Tokoh Hadiri Mimbar Demokrasi yang Digelar Aliansi Mahasiswa Darussalam
Lalu apakah benar klaim Anies tersebut? Berikut faktanya.
Data IDI Tahun 2014-2022 dari BPS
Data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait IDI pada tahun 2014-2022 justru berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan Anies.
Pada tahun 2014, level IDI mencapai 73,04 dan mengalami penurunan tipis di tahun 2015 menjadi 72,82.
Kemudian, penurunan kembali terjadi di tahun 2016 di level 70,09.
Namun setelah itu tren IDI mengalami peningkatan meski pada tahun 2020 sempat mengalami penurunan di level 73,66 setelah di tahun sebelumnya menyentuh 74,92.
Hanya saja, semenjak itu tren IDI mengalami peningkatan signifikan seperti di tahun 2022 yang menyentuh skor 80,41.
Mengutip BPS, saat level IDI berada di atas 80 poin maka bernilai "baik". Indeks 60-80 maka bernilai "sedang" dan indeks lebih kecil dari 60 poin, maka bernilai "buruk".
Baca juga: Ganjar, Anies, dan Prabowo soal Berantas Korupsi: Tahan Koruptor di Nusakambangan hingga Perkuat KPK
Hanya saja, berkaca pada pernyataan Anies, indeks demokrasi di Indonesia menurut data BPS tahun 2022, justru mencatatkan level tertinggi terkait demokrasi.