Di sisi lain, Muzani mengaku tidak tahu menahu alasan kasus kematian Harun Al Rasyid tidak diusut oleh aparat penegak hukum.
"Saya tidak tahu apa namanya peristiwa itu karena kan saya tidak menangani hukum, tapi semua proses hukum kita hadapi kita proses dengan baik," tukasnya.
Sekilas Soal Kematian Harun Al Rasyid
Dari penelusuran Tribunnews.com, Harun masih berusia 15 tahun dan duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) saat tewas dalam kerusuhan 22 Mei 2019 di kawasan Slipi, Jawa Barat.
Ini berarti Harun belum memiliki hak pilih saat ia tewas dalam kerusuhan di Slipi.
Diketahui, kerusuhan saat itu terjadi karena massa yang kecewa terhadap hasil Pilpres 2019.
Menurut pengakuan teman Harun, Angga, ia dan Harun memang berada di lokasi kerusuhan, namun bukan untuk ikut aksi.
Pada Rabu (22/5/2019) siang, Angga mengatakan ia dan Harun sempat makan bersama di sebuah warteg di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Setelah itu, Harun lantas mengajak Angga ke kawasan Slipi untuk melihat kerusuhan.
"Dari siang sampai malam sama saya. Siang Harun ngajakin ke warteg, habis itu Harun ngerancanain ke sana (Slipi)."
"Dia bilang, 'Ayo kita lihat di Slipi yang perang (kerusuhan)'," ungkap Harun, Kamis (23/5/2019), dilansir TribunJabar.id.
Saat kerusuhan di Jembatan Slipi Jaya pecah, Angga mengatakan paha Harun sempat terkena gas air mata dari polisi.
Harun lantas mengajak Angga untuk pulang ke rumahnya agar luka dapat diobati.
Menjelang malam, Angga meminta Harun untuk kembali ke rumah.