Ia mengungkapkan suara pasangan Ganjar-Mahfud di Jateng pada bulan Agustus mencapai 62 persen, dan kini merosot di angka 31,6 persen.
Sementara elektabilitas Prabowo-Gibran di Jateng naik dari 19,6 persen menjadi 29,6 persen.
Sedangkan Anies-Muhaimin juga mengalami kenaikan dari 1,6 persen menjadi 4,1 persen.
"Kenapa suara Ganjar turun, karena imbas kritik terbuka yang dialamatkan kepada Joko Widodo. Juga pemilih atau masyarakat di Jateng mulai menerima Prabowo-Gibran," ungkap Hakim kepada Tribunnews, Senin (11/12/2023).
Menurunnya elektabilitas Ganjar dinilai Hakim sebagian besar lari ke pasangan Prabowo-Gibran yang mengalami kenaikan signifikan.
Selain itu, juga masuk ke area pemilih yang belum memutuskan pilihan sebanyak 28 persen.
Lebih lanjut, manuver kubu Ganjar yang kerap mengkritik Jokowi secara terbuka juga berimbas positif ke Anies-Muhaimin (AMIN).
"Yang jelas PDIP di Jateng mulai terlihat kehilangan besar. Saya menduga itu mulai terjadi di wilayah Solo Raya."
"Kenapa, karena masyarakatnya mengenal Jokowi secara pribadi," ungkapnya.
Hakim memprediksi suara Ganjar di Jateng bisa kian tidak aman jika Prabowo-Gibran masif mendatangi kantong-kantong PDIP.
"Nanti angkanya akan berbeda lagi jika misalnya Pati, Jepara, Banyumas misalnya didatangi Prabowo-Gibran," tuturnya.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)