Kehadiran Jokowi di Jateng untuk meresmikan sejumlah proyek nasional beberapa waktu lalu, lanjut Hakim, pantas diduga untuk menekan angka tersebut.
"Meski (secara gamblang) Jokowi belum clear juga mau berpijak ke mana, tapi harus ada effrort lebih kuat agar merebut 6-7 persen undecided voters yang kebanyakan kalangan berpendidikan atau malah dari kalangan apatis sama sekali," ungkap dia.
Kedatangan Jokowi di Jateng belakangan ini dinilai bukan secara acak. Terdapat beberapa daerah bukan basis massa PDIP yang potensial bergeser dukungan seperti pantura, Banjarnegara dan Pekalongan.
"Daerah yang dikunjungi Jokowi kemaren punya efek elektoral kuat. Enggak seperti wilayah Jateng selatan yang lebih didominasi PDIP," tutur dia.
Sementara itu pergerakan paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di Jawa Tengah dinilai kurang percaya diri.
Anies pernah menjajal masuk ke lingkungan basis massa umat Islam di acara haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi di Solo.
Dia satu-satunya tokoh politik yang mampu menembusnya. Namun tokoh sentral di kalangan itu, seperti Habib Luthfi bin Yahya justru merapat ke TKN Prabowo-Gibran.
"Niatnya (Anies) gandeng jalur habib-habib, tapi trennya jadi enggak terlalu kuat. Sedangkan Cak Imin dengan PKB mungkin kuat di Jatim. Padahal Pilpres ini battle ground di Jateng," jelasnya.
Kata Pengamat Lainnya
Pengamat politik dari Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta, Suwardi, juga menilai Jawa Tengah merupakan barometer hasil Pemilu di Indonesia.
Mengacu pada Pilpres 2019, Suwardi menyebut Joko Widodo (Jokowi) bisa menang melawan Prabowo setelah mendapat suara di atas 77 persen di Jateng.
Menurut Suwardi, jika suara Ganjar di Jateng anjlok di bawah suara Jokowi, ada kemungkinan Ganjar kalah di Pilpres 2024.
"Jadi kalau misalkan Ganjar Pranowo itu di Jawa Tengah, hasil surveinya hasil surveinya yang kemudian nanti bisa digunakan untuk memprediksi hasil Pemilu itu kurang dari 60 persen, saya berkeyakinan saya termasuk yang meyakini Ganjar Pranowo ini akan kalah secara nasional," ungkap Suwardi saat dihubungi Tribunnews, Kamis.
"Apalagi survei yang dirilis oleh Litbang Kompas (Desember 2023) saya perhatikan suara Ganjar di Jawa tengah itu turun dari 62 persen ke 31 persen. itu bukan hanya turun itu, itu anjlok," ujarnya.