Yuni menceritakan, dirinya menyisihkan uang dari penghasilannya untuk berkampanye.
Ibu dari empat orang anak ini mengaku, hanya mengeluarkan Rp 2,5 juta selama berkampanye.
Uang tersebut, digunakan Yuni untuk membuat alat peraga kampanye (APK), seperti poster, stiker, gantungan kunci, dan kalender.
"Ya pokoknya kalau dari awal, misal kayak APK saja, itu nggak sampe Rp 2 juta, cuma kalau sama tes seperti itu bisa sampai sekitar Rp 2,5 juta," tutur Yuni.
Lebih lanjut, Yuni mengibaratkan dirinya sebagai "Caleg Dhuafa", lantaran tak memiliki modal besar.
"Kalau saya sendiri dari partai buruh kan kita bilangnya caleg dhuafa ya, yang istilahnya nggak punya modal."
"Walaupun punya modal istilahnya dari pribadi sendiri, sebisa kita. Saya menyiasatinya dari upah saya sedikit demi sedikit," papar Yuni.
Yuni mengatakan, maju sebagai Caleg karena ingin memperjuangkan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT).
"Ya memang saat ini kan kita sedang memperjuangkan RUU PPRT yang sudah 20 tahun masih juga gak ada kabar yang buat kita para PRT. Itu lah yang membuat saya mau nggak mau, siap nggak siap, ya sudah saya mau jadi caleg," ungkap Yuni.
Menurut Yuni, para pekerja rumah tangga saat ini, hanya dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan.
"Ketika kita punya masalah, UU Ketenagakerjaan belum cukup untuk melindungi PRT," ucap Yuni. (m41)
Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Yuni PRT yang Jadi Caleg dari Partai Buruh, Alami Diskriminasi Hingga Jadi Korban Pelecehan Verbal
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, WartaKotalive.com/Nurmahadi)