"Saya kira sulit untuk orang lain tiba-tiba muncul dan bersaing dengan keduanya. Apalagi parpol-parpol di Sleman sudah terbiasa berkomunikasi dengan kedua beliau," pungkasnya.
Pengamat: Apa Presiden Tidak Malu?
Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi, mengkritisi mengaku kaget jika Gerindra menjual nama Erina sebagai calon bupati Sleman.
"Artinya, Gerindra tidak memiliki kader yang mumpuni sehingga harus mengandalkan figur lain yang dianggap laku," kata Ari, Senin (11/3).
Selain itu, Ari menuturkan, secara politik etis, pencalonan Erina menjadi lembar hitam dalam demokrasi di Indonesia.
Sebab, kata Ari, seluruh keluarga Presiden Jokowi dijajakan dalam pentas politik nasional dan lokal.
"Sepertinya ada kesan Indonesia mencontoh Filipina di era Bongbong Marcos," ujarnya.
Ari menegaskan, Gerindra juga akan dicatat sebagai partai pendorong kerusakan demokrasi jika selalu aktif mendorong anak dan menantu serta kerabat Presiden Jokowi maju di pentas politik.
"Apa sudah tidak ada orang lain dan apa tidak malu?" ungkapnya.
(Tribunnews.com/Milani Resti/Igman Ibrahim/Erik S/Wahyu Aji) (Kompas.com/Wisang Seto)