News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilkada Serentak 2024

Jawaban Singkat Gibran dan Respons Nyeleneh Bobby Tanggapi Erina Gundono Masuk Bursa Pilkada Sleman

Penulis: Milani Resti Dilanggi
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase foto: Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka (kiri) dan Wali Kota Medan Bobby Nasution (kanan) -Kata Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan Wali Kota Medan Bobby Nasution soal Erina Gudono, masuk dalam bursa cagub Sleman.

Diberitakan sebelumnya, Waketum Gerindra Habiburokhman menanggapi soal dorongan Erina diusulkan maju sebagai bakal calon Bupati Sleman di Pilkada Serentak 2024. 

Menurut Habiburokhman, aspirasi tersebut berasal dari DPC Gerindra Sleman.

Meski begitu, ia menuturkan bahwa mekanisme pengambilan keputusan untuk calon Bupati dari Partai Gerindra.

Dijelaskannya, keputusan untuk calon Bupati dari Partai Gerindra itu diajukan oleh DPC, diusulkan oleh DPD, lalu diputuskan oleh Ketua Umum di tingkat pusat di DPP.

"Saat ini memang jarang pemimpin perempuan dan ketika ada pemimpin perempuan, mendapatkan atensi lebih dari masyarakat."

"Intinya hal-hal tersebut akan dinilai nanti, dan diputuskan oleh Pak Prabowo," kata Habiburokhman kepada wartawan, Senin (11/3/2025).

Pengamat Beri Kritikan

Di sisi lain, Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi, mengaku kaget jika Gerindra menjual nama Erina sebagai calon bupati Sleman.

"Artinya, Gerindra tidak memiliki kader yang mumpuni sehingga harus mengandalkan figur lain yang dianggap laku," kata Ari, Senin (11/3).

Selain itu, Ari menuturkan, secara politik etis, pencalonan Erina menjadi lembar hitam dalam demokrasi di Indonesia.

Sebab, kata Ari, seluruh keluarga Presiden Jokowi dijajakan dalam pentas politik nasional dan lokal.

"Sepertinya ada kesan Indonesia mencontoh Filipina di era Bongbong Marcos," ujarnya.

Ari menegaskan, Gerindra juga akan dicatat sebagai partai pendorong kerusakan demokrasi jika selalu aktif mendorong anak dan menantu serta kerabat Presiden Jokowi maju di pentas politik.

"Apa sudah tidak ada orang lain dan apa tidak malu?" ungkapnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini