News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Seruan Salemba, Akademisi Berbagai Kampus Minta DPR Selidiki Penyalahgunaan Kekuasaan Eksekutif

Penulis: Erik S
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah guru besar dan akademisi dari beberapa perguruan tinggi berkumpul di Universitas Indonesia atau UI, Salemba, Jakarta, Kamis, (14/3/2024). Acara Temu Ilmiah Universitas Memanggil dengan tema Menegakkan Konstitusi, Memulihkan Peradaban Berbangsa dan Hak Kewargaan digelar untuk mengingatkan lagi api demokrasi yang mulai redup. Kondisi demokrasi di Indonesia saat ini dapat sekali menimbulkan gejolak yang disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya yang paling terlihat adalah ketika Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan Putusan MK Nomor 90 Tahun 2023 yang kontroversial. Tribunnews/HO

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI diminta segera menyelidiki dugaan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh lembaga eksekutif.

Hal ini merupakan dalah satu poin dalam Seruan Salemba yang dibacakan oleh para akademisi berbagai kampus dalam acara bertajuk "Universitas Memanggil" yang digelar di Kampus Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta, Kamis (14/3/2024).

"Mendukung parlemen (DPR RI) untuk segera bekerja menjalankan fungsi-fungsi menyuarakan suara rakyat, melakukan penyelidikan secara terbuka terhadap penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan eksekutif agar dapat dipertanggungjawabkan," kata akademisi UNJ, Ubedillah Badrun, dikutip dari Kompas.com.

Ubedillah juga menyerukan agar ada reformasi hukum yang transparan dan akuntabel, khususnya atas produk perundang-undangan terkait politik dan pemilu maupun peraturan dan perundangan lain yang berdampak pada hidup orang banyak.

"Serta tidak lagi merumuskan hukum yang substansinya mengabaikan kedaulatan rakyat dan hanya mengutamakan kepentingan segelintir orang saja," kata dia.

Guru Besar UI Sulistyowati Irianto mengatakan, konstitusi mewajibkan presiden untuk mematuhi hukum dan kemandirian peradilan.

"Dalam praktiknya, terjadi penyalahgunaan kekuasaan dengan rekayasa hukum yang semakin meruntuhkan demokrasi," kata Sulis.

Ia menyebutkan, perubahan beragam aturan dan kebijakan menyebabkan melemahnya pemberantasan korupsi dan merugikan hak rakyat, dari bidang kesehatan, ketenagakerjaan, hingga mineral dan pertambangan.

"Yang berakibat tersingkirnya masyarakat adat, hutan, dan kepunahan keanekaragaman hayati sebagai sumber pengetahuan, pangan, dan obat-obatan," ujar Sulis.

Pernyataan sikap para akademisi ini bukanlah yang pertama kali terjadi, sebelumnya akademisi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta juga menyatakan sikap serupa lewat Petisi Bulaksumur.

Sulis meyakini pernyataan sikap oleh berbagai kampus lain di Indonesia.

Indeks Demokrasi terjun bebas

Ekonom dan politikus senior, Faisal Basri menyentil Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait merosotnya indeks demokrasi Indonesia. Menurut dia, Indonesia kalah dari Timor Leste hingga Papua Nugini dalam hal demokrasi.

Hal tersebut Faisal sampaikan dalam acara "Temu Ilmiah Guru Besar/Akademisi Se-Jabodetabek" di Universitas Indonesia (UI), Salemba, Jakarta, Kamis (14/3/2024).

"Ini democracy index kita terjun bebas. V-Dem Democracy Index 2024 melaporkan bahwa ranking Indonesia terjun bebas dari 79 ke 87. Skornya turun dari 0,43 menjadi 0,36 mendekati 0. Lebih rendah dari Papua Nugini dan Timor Leste. Terbaru. Kita terbaik di urutan 63, sekarang 87, skornya terbaik 0,53, dibikin sama Jokowi tinggal 0,36," ujar Faisal.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini