News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Deretan Saksi dan Ahli selama Sidang Sengketa Pilpres di MK, Berikut Isi Kesaksiannya

Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sidang lanjutan sengketa Pilpres 2024 di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Kamis (4/4/2024). Inilah deretan saksi dan ahli selama sidang sengketa pemilihan presiden 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK), ada dari kubu Ganjar, Anies, dan Prabowo.

Sejumlah Kesaksian Saksi dan Ahli dari Kubu Anies

- Bambang Eka Cahya Widodo

Bambang Eka Cahya Widodo sebagai Ahli Pemilu menyinggung soal tindakan KPU membiarkan Gibran mengikuti tahapan pencalonan dalam proses pendaftaran dan verifikasi dokumen bakal pasangan calon.

Hal itu dinilai bentuk kesengajaan terhadap pelanggaran dari prinsip kepastian hukum.

Sebab, menurutnya, verifikasi terhadap Gibran masih menggunakan dasar hukum Peraturan KPU (PKPU) Nomor 19 Tahun 2023.

Seharusnya, kata Bambang, KPU menggunakan dasar hukum PKPU Nomor 23 Tahun 2023 yang telah disesuaikan dengan Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023.

Dikutip dari situs resmi MK, Bambang Eka menjelaskan, masuknya Gibran menimbulkan ketimpangan karena berdampak pada munculnya perubahan persyaratan dalam waktu singkat di tengah proses pendaftaran.

Sehingga, menurutnya, pemilu sebagai demokrasi prosedural mengalami disfungsi elektoral.

- Vid Adrison, Pakar Ekonomi

Ahli ekonomi Universitas Indonesia, Vid Adrison. (YouTube Mahkamah Konstitusi RI)

Dalam sidang MK, Vid Adrison, Pakar Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menjabarkan dampak dari bantuan sosial (bansos) terhadap perolehan suara pasangan calon yang didukung oleh petahana.

Menurut Vid, bansos efektif meningkatkan suara paslon yang didukung oleh petahana karena bansos dapat diakui sebagai kebijakan pemerintah.

“Bansos itu menargetkan masyarakat miskin. Ingat. nilai uang tersebut akan bergantung pada income (pendapatan), di mana nilainya akan berbeda pada masyarakat miskin dengan pendapatan tinggi."

"Masyarakat dengan pendapatan dan pendidikan rendah cenderung bersifat myopic, yakni kecenderungan memperlihatkan sesuatu yang lebih dekat terjadi dibandingkan dengan yang telah lama terjadi," katanya.

Implikasinya, lanjut Vid, secara jangka panjang ini dapat dilihat dari hasil survei LSI.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini