News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilgub Jawa Barat

Wawancara Eksklusif - Ridwan Kamil: Kata Hati Balik ke Kampung Halaman

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kurator Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang juga Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berpose usai wawancara khusus dengan Tribunnews di Kantor Tribun Network, Jakarta, Selasa (28/5/2024). Ridwan Kamil ngaku banyak dorongan agar ia kembali maju memimpin Bumi Pasundan periode kedua, kata hatinya juga mengatakan balik ke kampung halaman. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Gubernur Jawa Barat sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ridwan Kamil mengaku banyak dorongan kepada dirinya untuk kembali maju memimpin Bumi Pasundan periode kedua.

Kepuasan rakyat Jawa Barat sangat tinggi di periode pertama, ada banyak pula warga Jakarta yang ingin
dirinya untuk memimpin Kota Megapolitan.

“Kalau kata hati saya tetap balik ke kampung halaman,” kata Kang Emil, sapaannya saat podcast di
Gedung Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Selasa (28/5/2024).

Kang Emil juga menyatakan ada juga tawaran untuk membantu pemerintahan Prabowo Subianto di kabinet pemerintahan. Meski demikian, dia tidak menyebut secara gamblang posisi apa yang akan ditawarkan.

“Pilihan yang tidak mudah, tapi saya harus kalau gini ya, dalam hidup itu kan saya selalu ambil keputusan ya dua-dua bagus nih. Saya selalu matematis. Saya hitung plusnya, oh banyak disini. Saya
hitung minusnya. Ini saya scoring,” ucapnya.

Menurutnya, skor paling tinggi artinya plusnya banyak, minus sedikit akan berpotensi dipilih. Hanya saja kebetulan menteri versus gubernur belum dilakukan scoring sehingga belum bisa disimpulkan kepastian pilihannya.

“Tapi kan tawaran Menteri itu ada. DKI survei lumayan. Jadi sekarang saya di kategorinya pusing banyak pilihan, dikasih pilihan tiga,” pungkasnya.

Simak wawancara News Manager Tribun Network Rachmat Hidayat dan Host Tribun Network Geok
Mengwan dengan Ridwan Kamil:

Sebagian masyarakat Jawa Barat banyak ingin Kang Emil menjabat lagi jadi Jawa Barat 1. Bagaimana
misalkan Kang Emil menerima mandat itu lagi?
Ini, bagi saya ya kekuasaan itu sama saja. Mau judulnya Jakarta, Bali, Jawa Barat sama aja. Sama saja
ngurusin rakyat, ngurusin pendidikannya, kesehatannya gitu kan, sama aja.

Cuman bedanya kan judulnya aja, disini Jawa Barat, disini Jakarta. Jadi secara filosofi dulu ya, sama aja.
Nah yang membedakan adalah di mana anda lebih diterima. Perhari ini saya itu agak anomali, di Jabar
tentunya karena incumbent ya, kepuasaan publik kemarin surveinya poll tracking 91 persen.
Kan tinggi banget ya, yang tidak puas 6 persen lah kira-kira. Jadi yang menginginkan untuk saya ke Jabar
banyak sekali. Tapi, pas dicek di Jakarta bukan wilayah saya kan, survei juga tinggi juga.

Apakah warga Jakarta yang tidak, maaf ya tidak pernah saya interaksi langsung punya harapan
memonitor kinerja saya lewat media sosial seperti teman-teman dari Tribun.
Sehingga karena pendaftaran Pilgub itu kan Agustus. Maka kalau ngomong dari sekarang itu belum pas.
Kenapa belum pas? Yang paling pas itu kalau diumumkannya sudah dengan pasangannya.
Jadi kalau di Jabar saya dengan siapa, masih belum tahu.

Kalau di Jakarta dengan siapa, karena para partai di atas nih masih ngobrol-ngobrol, masih main catur.
Sampai nanti, mungkin ya feeling saya bulan Juli, baru clear. Jabar partai mana dengan partai mana. Jakarta, partai mana dengan partai mana. Kira-kira gitu. Tapi kalau ditanya yang paling dekat ya tentu Jawa Barat. Karena saya kan gubernur sebelum.

Kurator Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang juga Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama News Manager Tribun Network Rachmat Hidayat dan Host Tribun Network Geok Mengwan saat wawancara khusus dengan Tribunnews di Kantor Tribun Network, Jakarta, Selasa (28/5/2024). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Memang sulit ya menjari pasangan?
Ini saya kasih tahu ya. Jadi dalam pilkada itu menikah atau bertemu pasangan itu mayoritas bukan
pilihan pengantinnya.

Oh, kayak dijodohin gitu ya?
Semua dijodohin oleh keluarga besarnya. Kalau dalam politik, semua dijodohin oleh kepentingan
partainya. Karena partainya cocoknya A dengan B maka Anda dikawinkan saya A misalnya dengan pasangan dari partainya B.

Karena diatasnya cocok B dengan F gitu kan, maka si pengantinnya nomor satunya B dikawinkan dengan
pengantin yang dari F. Yang kadang-kadang kayak taaruf, jadi mencintai setelah menikah. Mayoritas kan.
Jadi persepsi publik seolah-olah nomor 1 bisa milih nomor 2 itu hampir impossible.

Artinya Kang Emil juga akan menunggu, konsepnya begitu?
Dua kali saya bukan pilihan saya, dan dua kali saya beradaptasi aja. Makanya kan kondusif ya.
Lima tahun saya dengan Pak Oden, kondusif. Lima tahun dengan Pak Uu, kondusif. Walaupun sering
terdengar kan pertentangan-pertentangan nomor 1, nomor 2. Kalau saya kan legowo aja, memberikan
ruang ke nomor 2.

Pertentangan itu bukan sesuatu yang tidak mungkin terhindar, yang penting apa dampak perekonomian
pembangunannya kemudian nyata bagi rakyat? Pada akhirnya emang rakyat nggak peduli drama-drama pemimpinnya yang dia pengen lihat kan pembangunan maju.

Apalagi kan saya yang jabat di Gubernur Jawa Barat itu kan kena Covid. Anggaran dipotong. Saya kan dimaki, gaji tidak tunai tidak tuntas. Ya sedih juga. Bukan saya malas kan tapi rencana uang yang udah disiapkan disalurkan Covid. Oh janjinya jalan aspal, kok bohong hari ini tuh. Ya bukan bohong, itu aspal sudah jadi beras. Berasnya dipake zaman Covid. Nggak, ini zaman saya. Kalau nggak ada Covid sudah jadi asfal. Tapi kan di momen itu makan asfal, kalau makan beras.

Kira-kira gitu ya. Tapi nggak semua orang paham kayaknya, oh Anda mau janji. Makanya jadi pemimpin polisi nggak boleh bapak. Harus siap disusunin. Kalau Pak Jokowi ya, berapa ribu konten haters Youtuber. Kalau Pak Jokowi baperan, gimana rame. Mending yaudah terima, diem aja, pasrah aja. Mending kerja jalan terus.

Kurator Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang juga Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjawab pertanyaan saat wawancara khusus dengan Tribunnews di Kantor Tribun Network, Jakarta, Selasa (28/5/2024). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Pemimpin ini tuh memang makin banyak cobaan sih? Persis, kata papatannya kan makin tinggi pohon, anginnya kan makin kencang. Tapi kalau saya tanya kata hatinya Pak Emil, lebih ser kemana?
Kalau kata hatinya tetap ke Kampung Halaman.

Terus kalau bisa saya tanya lagi kata hati, lebih kalau dipinang oleh Pak Prabowo misalnya untuk masuk di kabinet?
Pilihan yang tidak mudah, tapi saya harus kalau gini ya, dalam hidup itu kan saya selalu ambil keputusan
ya dua-dua bagus nih. Saya selalu matematis. Saya hitung plusnya, oh banyak disini. Saya hitung minusnya. Ini saya scoring ya. Yang skornya paling tinggi artinya plusnya banyak minus dikit saya pilih. Nah yang Menteri versus Gubernur belum saya scoring. Tapi kan tawaran Menteri ada. DKI survei lumayan. Jadi sekarang saya di kategorinya pusing banyak pilihan, dikasih pilihan tiga.

Berarti keputusannya nanti, bulan Juli ya?
Iya. Juli kita wawancara lagi.

Kang Emil, mana yang paling mempengaruhi keputusan penting selain istri dan keluarga?Ketenangan batin. Saya, kan udah saya bilang tadi ngapain saya pindah-pindah jauh kalau ternyata batin
tidak tenang. Saya itu udah ingin nyampe tidur. Saya kan udah 10 tahun mengabdi pada masyarakat. Makanya sekarang ada break setahun ya. September berhenti, November pemilihan lagi setahun lebih kan.
Saya senang banget, saya traveling, saya bangun kopi Jabarano saya, saya punya produk lelaki skincare,
macam-macam kan. Seru gitu. Kalau dulu makan tiap hari jadi komplain.
Tapi intinya itulah situasi hari ini. Saya sebagai kurator IKN jalan terus. Itu bela negara, tugas negara
sangat penting. Ngurus bisnis, mumpung lagi lowongan sambil persiapan menuju Juli, Agustus sampai nanti pemilihan. Saya orangnya multitasking. Semuanya saya urusin. Bisa lo semuanya berhasil.

Berarti nanti pas udah menjabat bisnis masih tetap jalan ya?
Yang nggak boleh itu pejabat jadi direktur. Atau komisaris itu nggak boleh. Atau mempromosikan..
Tapi kalau pejabat punya bisnis yang tidak conflict of interest itu nggak masalah. Kalau conflict of
interest itu pejabat punya bisnis kontraktor pemda. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini