Ada, jadi, saya waktu Paus lewat itu, saya bilang, saya Dewi dari Indonesia, kurang lebih begitu, saya mohon ke Paus, mau didoakan untuk Indonesia, gitu.
Terus beliau bilang, ya saya akan mendoakan, gitu.
Itu ngomongnya pakai bahasa apa?
Saya pakai bahasa Inggris.
Baca juga: Delegasi Vatikan Sambangi Kemenlu Bahas Persiapan Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia
Seperti apa gambarannya pas momen pertama sama kedua tuh ada, perbedaan nggak sih Mbak?
Itu saya merasa lebih wah itu pas yang kedua, Mbak.
Karena kalau yang pertama itu kan, ketika event itu, Paus itu sudah dipastikan hadir, gitu. Udah pasti, gitu. Nah, kalau yang kedua itu kan, waktu itu saya was-was ya, antar jadi nggak jadi, gitu.
Karena dikabarkan beliau kurang enak badan, mau ini, terus, ya bisa. Yang pertama saya juga ngomong, saya Dewi dari Indonesia, gitu.
Yang kedua itu ngomong, nggak tau ya, vibe-nya itu lebih kerasa yang kedua.
Ini kan menjadi viral gitu ya menjadi pembahasan juga. Terus ada yang pro dan kontra, tuh, Mbak. Nah, yang kontra itu seperti apa, gitu, komen-komennya, dan pro itu seperti apa, Mbak? Dan gimana Mbak menanggapinya?
Tentu, kalau saya pribadi, gini, Mbak, kalau yang diserang itu adalah saya pribadi, saya tuh nggak jadi soal. Tapi itu kan, kalau itu tuh ada beberapa orang yang menyerang keluarga, lah. Seperti orang tua, saudara, dan sebagainya.
Kadang, kita tuh bisa, misal kita dihina orang ya, kita tuh bisa menerima, tapi kan kadang keluarga, atau siapa tuh, suka emosional, lebih mendalam, gitu. Nah, mungkin kalau itu yang menjadi kontroversial adalah, yang pertama, soal jabat tangan. Ya, tentu kan di dalam agama Islam, sebetulnya kan, ada beberapa pendapat ya, boleh berjabat tangan atau nggak.
Saya pribadi, gini, saya berjabatan dengan Paus itu kan di tempat umum ya, Dan, tidak akan ada kemungkinan terjadi tindakan pelecehan dan lain-lain yang membahayakan diri saya.
Terus, saya juga berjabat tangan dengan paus itu, tidak ada dasar nafsu dan yang lain-lain.