Pengamat politik Ujang Komarudin menyebut, ketegangan ini mengindikasikan keretakan hubungan kedua belah pihak yang sudah dibangun sejak Pilgub DKI Jakarta 2017 silam.
“Ini memang indikasi hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja. Hubungan keduanya sedang memanas, sedang tidak akur,” ucapnya, Selasa (13/8/2024).
Menurutnya, PKS seolah hanya mencari alasan untuk menyingkirkan Anies Baswedan dan kemudian merapat ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk mendukung Ridwan Kamil.
Sebab, permasalahan ini seharusnya tak berlarut-larut bila PKS bisa menunjukkan perjanjian soal batas waktu 40 hari tersebut di Surat Keputusan (SK) yang diberikan kepada Anies.
Sehingga Anies tak bisa berkelit lagi dan tidak bisa beralasan tak mengetahui adanya batas waktu untuk mencari rekan koalisi.
“Kalau memang ada tenggat 40 hari kan pasti bisa diperlihatkan oleh PKS SK-nya. PKS kan bisa menunjukkan itu, kalau diperlihatkan kan Anies jadi enggak bisa mengelak,” ujarnya.
“Tapi yang terjadi sekarang ini, PKS hanya membantas saja, tapi tidak memperlihatkan SK-nya itu,” tambahnya menjelaskan.
Atas dasar itu, akademisi Universitas Al-Azhar ini berkeyakinan PKS bakal melakukan manuver dengan bergabung dengan KIM untuk mengusung Ridwan Kamil.
Artinya, peluang Anies untuk kembali maju dalam kontestasi politik tingkat daerah makin mengecil.
“Apapun itu, saat ini sedang terjadi ketegangan antara PKS dengan Anies. PKS punya kemungkinan, punya indikasi mengusung kandidat KIM, bukan Anies,” tuturnya.
PKS Tak Lagi Prioritaskan Usung Anies di Pilkada Jakarta 2024
PKS terang-terangan mengatakan tengah menjajaki kemungkinan bergabung dengan KIM dan mengusung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024.
Keputusan ini diambil setelah pasangan Anies Baswedan - Sohibul Iman (AMAN) yang sebelumnya diusung PKS tak kunjung mendapatkan rekan koalisi hingga 4 Agustus 2024.
Adapun 4 Agustus menjadi batas akhir kesempatan yang diberikan PKS kepada Anies untuk mecari rekan koalisi.