Jika dilihat dari peta koalisinya, Ridwan Kamil yang diusung KIM mengantongi dukungan sembilan parpol yang lolos di DPRD DKI Jakarta dengan total perolehan 90 kursi.
Sedangkan PDIP, yang hanya mengantongi 15 kursi tak bisa mengusung calon sendiri karena tak memenuhi ambang batas.
Diketahui, untuk dapat mengusung cagub-cawagub Jakarta dibutuhkan sedikitnya 22 kursi.
Partai politik yang memungkinkan untuk digaet PDIP sejauh ini adalah PKB yang memiliki 10 kursi.
Jika koalisi keduannya itu terwujud, duet Anies Baswedan dan Rano Karno yang digadang-gadang sebelumnya bisa menjadi opsi bagi PDIP di Pilkada Jakarta 2024.
PDIP Akui Tunggu PKB
Namun, dengan bergabungnya PKB ke KIM, menutup peluang PDIP berkoalisi dengan PKB.
Padahal sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, partainya sedang menjajaki peluang membentuk poros koalisi dengan PKB untuk mengusung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta.
Namun, kata Hasto, belum ada keputusan ihwal potensi koalisi PDIP dengan PKB itu.
Perihal peluang berkoalisi itu, Hasto mengatakan masih menunggu hasil dari pelaksanaan Muktamar PKB.
"Kami tunggu muktamar dari PKB. PKB juga baru melakukan langkah konsolidasi," kata Hasto di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/8/2024).
Adapun Muktamar PKB diagendakan berlangsung di Badung, Bali, pada 24-25 Agustus 2024.
Pengamat Nilai Duet PDIP-PKB Usung Anies-Rano Karno Cuma Wacana
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menilai wacana Anies-Rano Karno tidak akan terwujud.
Menurutnya, hal tersebut lantaran PDIP tidak bisa menduetkan Anies-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 sendiri atau membutuhkan koalisi dengan partai lain.
"Sulit terealisasi (duet Anies-Rano Karno) karena kalau PDIP-nya sendirian, mau dengan partai mana berkoalisi. Kan tidak cukup tiketnya, tidak cukup persyaratan 20 persen treshold-nya," ujarnya, Sabtu (17/8/2024) malam.