News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilgub DKI Jakarta

Majukan Pramono Anung di Jakarta, PDIP Seperti Sedang Linglung

Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Acos Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Politisi PDIP sekaligus Sekretaris Kabinet Pramono Anung berfoto bersama Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat W Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Ray Rangkuti mengatakan seharusnya PDIP menghindari menawarkan pasangan calon Pramono-Rano Karno di Pilkada Jakarta.

Hal itu katakan Ray, dikarenakan sosok Pramono Anung tak begitu dikenal masyarakat Jakarta.

"Ini pilihan yang mestinya dihindari (Pramono-Rano Karno), bukan dipadukan. Menempatkan Pramono di Jakarta, sama dengan menempatkan orang yang sama sekali tidak dikenal oleh warga Jakarta," kata Ray, Selasa (27/8/2024).

Ia menerangkan warga Jakarta bukanlah pemilih manut. Tanpa ada hubungan yang mengikat mereka secara rasional, pun emosional, akan sulit diterima warga.

Meski begitu, dikatakan Ray berbeda dalam konteks Rano Karno, tentu saja, punya ikatan khusus dengan warga Jakarta, khususnya etnis Betawi.

"Beliau juga pernah menjadi wakil gubernur Banten. Yang jaraknya hanya selemparan batu dari Jakarta. Dengan sendirinya, selama menjadi wakil gubernur, aktivitasnya cukup diketahui oleh warga Jakarta," terangnya.

Baca juga: PDI Perjuangan Pastikan Usung Risma untuk Lawan Khofifah di Pilkada Jawa Timur

Kemudian dikatakan Ray, wacana Pramono-Rano Karno sangat bertentangan dengan pendekatan politik pada umumnya.

Hal itu dikarenakan sosok yang dekat dengan warga Jakarta. Malah ditempatkan sebagai cawagub, bukan cagub.

"Entah strategi apa yang tengah dilakukan para elite PDIP. Sebab, secara elektabilitas, keduanya sudah jauh ditinggalkan oleh Ridwan Kamil-Suswono. Ridwan Kamil-Suswono, kemungkinan sudah mendekati angka 20 persen. Pramono-Rano bahkan baru akan memulai," terangnya.

Ray juga melihat keputusan PDIP ini menunjukkan seperti sedang linglung. Sebab, tiba-tiba terlihat kehilangan taji dan tanduk untuk menyeruduk.

"Tak biasa, padahal di Banten, mereka mampu dengan manis, akhirnya, menarik Golkar bergabung. Itu karena langkah yang diambil rasional, mendukung cagub yang elektabilitasnya tinggi," kata Ray.

Baca juga: Puja-puji Bahlil untuk Airin: Dari Kader Terbaik, Barang Bagus, hingga Diminta Tak Jadi Ketum Golkar

Menurutnya, di Jakarta merupakan pusat persaingan KIM Plus dengan oposisi. PDIP malah memajukan pasangan yang berpotensi akan mengalami kekalahan telak.

"Mestinya di tempat di mana simbol persaingan itu sangat kuat, PDIP harus mendorong calon yang seimbang bagi pasangan KIM Plus. PDIP di Jakarta, nampaknya lebih memilih jalan mengalah dari pada melawan," tandasnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini