Banyak dijajakan di warung-warung pinggir jalan.
Bolu Paranggi dapat bertahan satu minggu atau tujuh hari.
Serta sedikit panas api dari bawah tungku atau alat tradisional yang masih digunakan.
Bahan utama tepung terigu, gula merah, air dan pengembang dicampur jadi adonan kue.
Setelah itu, cetakan diolesi sedikit mentega, agar adonan kue Bolu Paranggi tidak lengket dan mudah terlepas.
Adonan kue tersebut dituang dalam cetakan, lalu ditutup dengan penutup yang telah dipanaskan.
“Tidak bagus juga kalau terlalu panas, jadi harus kita rasakan penutupnya sudah panas, atau belum," ungkapnya.
Sumarni menyebut, Bolu Paranggi buatannya dapat bertahan selama satu minggu, peminatnya pun dari berbagai daerah.
Bahkan, kata Sumarni, sudah ada dari Jakarta, Kendari dan Makassar yang perna memesan kuenya.
Ia bersama menantunya, Intan, sudah hampir dua tahun berjualan Bolu Paranggi.
Setiap harinya ada 30 kilogram tepung terigu, dan 30 bungkus gula merah yang ia habiskan jadi kue.
"Satu kue dijual seribu rupiah, keuntungan tiap harinya itu Rp 300 ribu, itu sudah bersih keluar mi modalnya," ungkap Sumarni.
Ia mengaku, belajar resep membuat Bolu Paranggi dari neneknya, diajarkan dari turun temurun.
Kini ia mengajari menantunya, yang tiap hari membuat kue di tungku panas.