"Kalau di Arab itu umumnya berbunga pada musim dingin atau sekitar Januari. Nah, kalau di sini atau di tempat yang saya kelola ini, rata-rata mereka berbunga sekitar Agustus sampai November. Kemudian selang empat sampai lima bulan baru bisa panen," sambungnya.
Dalam sekali panen ia bisa menghasilkan tujuh sampai sembilan tandan kurma atau setara 140-180 kilogram kurma.
"Harga per kilogam kurma itu bermacam-macam. Tapi kisaran harga yang ada di pasaran adalah Rp140 ribu sampai Rp250 ribu per kilogam," tutup Paryoto.
Awal mula berdirinya Kebun Kurma Ngadinah bertujuan untuk menarik generasi muda terjun bercocok tanam.
Sebab, saat ini generasi muda yang mau meneruskan profesi sebagai petani dinilai minim.
"Bersyukurnya, pohon kurma yang saya tanam itu tumbuh dengan tidak mengenal musim. Jadi tumbuhan itu berbuah dengan sistem menyusul seperti kepala," tutur Paryoto.
"Kalau di Arab itu umumnya berbunga pada musim dingin atau sekitar Januari. Nah, kalau di sini atau di tempat yang saya kelola ini, rata-rata mereka berbunga sekitar Agustus sampai November. Kemudian selang empat sampai lima bulan baru bisa panen," sambung dia.
Akan tetapi, dalam sekali panen kurma, Paryoto hanya memperoleh tujuh sampai sembilan tandan kurma.
Satu tandan buah tersebut setara 20 kilogram kurma. Artinya, dalam satu kali panen, Paryoto bisa memperoleh 140 sampai 180 kilogram kurma.
Kendati begitu, ia tidak berfokus terhadap penjualan buah kurma, melainkan fokus terhadap penjualan bibit kurma. Sehingga, Paryoto bisa meraih omzet sekitar Rp 5 juta per bulan.
"Kurma itu, kalau buah pertama kali paling tidak sudah berusia selama minimal empat tahun atau 22 bulan. Nanti, hasil produksi buah kurma yang baik itu biasanya berusia 15-150 tahun," tambah dia.
Di sisi lain, Paryoto menyebut, pohon kurma umumnya bisa bertahan sampai lebih dari 200 tahun.
Walau demikian, untuk bercocok-tanam pohon tersebut di Indonesia setidaknya diperlukan sistem perawatan tersendiri.
Pohon kurma tropis