Tumbuh di iklim tropis, menjadi tantangan tersendiri bagi Paryoto saat merawat pohon kurma. Sebab, dia harus bisa memperhatikan kadar air yang hendak diserap oleh pohon kurma.
"Kalau musim hujan biasanya pohon itu enggak saya kasih air. Tapi kalau enggak musim hujan, biasanya seminggu sekali saya kasih air," paparnya.
"Kalau musim hujan gini tidak ada perawatan khusus, tapi biasanya akan ada jamur di pohon kurma. Jadi biasanya saya semprot insektisida untuk membasmi jamur yang tumbuh di pohon itu," tambah Paryoto.
Ia pun harus rutin menyemprotkan cairan pestisida sekali dalam sebulan untuk membasmi hama yang kerap hinggap di pohon kurma.
"Salah satu hama yang paling sulit dikendalikan itu kumbang tanduk. Makanya buah kurma juga banyak yang habis kalau tidak ditutupi dengan plastik atau disemprot dengan pestisida. Sebenarnya, hewan itu juga biasa ada di kelapa sawit," jelas Paryoto.
"Kalau soal alam itu kan bisa disiasati. Misalnya, kondisi tanah di tempat saya itukan banyak batunya jadi harus saya keduk (gali) setengah meter, biar pohon itu bisa ditanam dengan baik," lanjut dia.
Kemudian, mengenai suhu udara di Indonesia, pihaknya pun menyebut bahwa hal itu bukan menjadi hambatan yang berarti untuk menjalankan bisnis kebun pohon kurma.
"Pohon kurma itu bisa tumbuh di suhu 7-50 derajat celsius. Jadi kalau masyarakat mau menanam pohon kurma di halaman rumah juga bisa. Asalkan pemberian pupuk maupun zat kimia lainnya diberikan tanpa berlebihan," tandas Paryoto.(Tribunnews.com/TribunJogja.com/Neti Rukmana)
ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ;
Baca Selanjutnya: Cerita berdirinya kebun kurma ngadinah di berbah sleman pohon tumbuh subur