TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Kebun kurma identik dengan Timur Tengah atau Afrika Utara. Tapi di Yogyakarta, pohon mampu kurma tumbuh subur dan menghasilkan.
Satu di antaranya ada di Kebun Kurma Ngadinah, di Jalan Karangasem, Padukuhan Gamelan, Kalurahan Sendangtirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Di kebun ini ada lebih kurang 5.000 pohon kurma tumbuh subur di lahan seluas 3.500 meter persegi.
Kebun Kurma Ngadinah itu didirikan Suparyoto (65), yang kini sudah menghasilkan puluhan kilogram buah kurma.
"Untuk pohon kurma di tempat saya ini, yang sudah tumbuh besar ada sekitar 60 pohon, sedangkan sisanya adalah pohon kurma yang masih kecil atau yang dinamakan dengan bibit kurma," kata Suparyoto.
Pohon kurma yang diklaim menjadi terluas di DIY itu sebenarnya telah ada sejak 2016. Sehingga, usia pohon itu pun berbeda-beda.
Ada yang berusia hampir sekitar tujuh tahun, ada pula yang baru berusia satu setengah tahun.
"Semakin lama pohon itu tumbuh, maka saat musim panen maupun saat proses perawatan harus memerlukan tangga untuk bisa mengambil buah dan merawat pohonnya.
"Ada pohon kurma yang berusia sekitar lima tahun itu, kalau mau merawatnya atau lain sebagainya sudah harus memerlukan tangga," jelas dia.
Selanjutnya, pohon kurma yang ia tanam maupun yang dirawat itu pun memiliki jenis yang berbeda.
Beberapa di antara adalah kurma ajwa, kurma barhee, kurma KL-1 atau kolak one, kurma medjool, kurma sukari, kurma khalas, kurma zaghloul, kurma khenaizi dan kurma mazafati.
"Tapi yang paling favorit dan paling banyak dicari adalah kurma ajwa atau kurma nabi. Karena kurma itu punya rasa manis dan bertekstur kenyal. Jadi cocok di lidah masyarakat. Makanya, kurma itu menjadi andalan kami," tutur Paryoto.
Di sisi lain, dengan adanya perbedaan usia hingga jenis pohon itu pun mampu memberikan perbedaan terhadap hasil panen buah tersebut.
"Bersyukurnya, pohon kurma yang saya tanam itu tumbuh dengan tidak mengenal musim. Jadi tumbuhan itu berbuah dengan sistem menyusul seperti kelapa," tutur Paryoto.