News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Morotai Punya Lapangan Terbang Tujuh Landasan Sisa Perang Dahsyat Asia Pasifik

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Komunitas jeep kuno berfoto di landasan pacu Pangkalan Udara Leo Wattimena Morotai yang juga bernama Bandara Leo Wattimena untuk layanan sipilnya. Bandara ini memanfaatkan satu di antara tujuh landasan pacu peninggalan Jepang dan pasukan Sekutu.

Pembangunan itu bertujuan memperluas fasilitas, dan meningkatkan kapasitas bandara untuk mendukung pariwisata dan ekonomi Pulau Morotai.

Bandara Pitu Morotai resmi dioperasikan pada 10 November 2017 dan beralih nama jadi Bandara Leo Wattimena.

Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 2.500 meter, lebar 45 meter, serta dapat menerima pesawat Airbus A320 dan Boeing 737.

Bandara Pitu Morotai kini menjadi satu di antara pusat perjalanan wisata, di wilayah timur Indonesia.

Selain itu, bandara ini juga dapat memfasilitasi kegiatan perdagangan, dan investasi di daerah Pulau Morotai dan sekitarnya.

Saat ini perubahan besar bisa dirasakan masyarakat Morotai. Bandara di pulau tepi lautan Pasifik ini sudah setara bandar udara di daerah-daerah lain yang maju.

Luas bandara kini menjadi 2.200 meter persegi, dan terminal kedatangan maupun ketibaannya mampu menampung hingga 200 penumpang.

Saat ini ada maskapai Wings Air melayani penerbangan rute pergi pulang Morotai-Ternate.

Dari riwayat sejarahnya, Pulau Morotai semasa perang Pasifik pernah menampung lebih kurang 60.000 tentara Sekutu.

Di masa pembangunan 5 lapangan terbang pada tahun 1944, pasukan Sekutu dan penduduk asli Morotai bekerja siang malam hingga proyek kilat itu selesai.

Meski diketahui ada 7 landasan, sesungguhnya total ada 12 jalur landasan dengan ukuran panjang masing-masing 2.700 m dan lebar masing-masing 40 meter.

Di antara 12 jalur landasan tersebut, tujuh di antaranya dikeraskan dengan batu karang yang dicampur minyak hitam (aspal).

Jalur lepas landas dan pendaratan itu dipasangi plat-plat besi berlubang (air strip) dengan ukuran panjang 150 cm dan lebar 50 cm.

Keseluruhan lapangan terbang di Pulau Morotai saat itu mampu menampung 3.000 pesawat pesawat tempur, pesawat angkut, dan pesawat pengebom Sekutu.

Kehadiran armada udara dalam skala masif itu diikuti keberadaan 63 batalyon prajurit tempur Sekutu dari September 1944 hingga awal 1945.(Tribunnews.com/TribunTernate/Fizri Nurdin)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ; 

Baca Selanjutnya: Sejarah singkat berdirinya bandara pitu morotai sebuah bandara peninggalan pd ii di maluku utara

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini