News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Semana Santa, Pawai Akbar Jumat Agung di Kerajaan Katholik Larantuka Flores Timur

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapal patrli Polairud dan Basarnas mengawal pawai akbar Semana Santa di perairan Larantuka, Flores Timur, NTT, Jumat (7/4/2023). Pawai ini diikuti belsan ribu peziarah umat Katholik dari berbagai daerah di Indonesia.

TRIBUNNEWS.COM, LARANTUKA – Ribuan peziarah umat Katholik berbagai daerah mengikuti ritual pawai akbar Semana Santa di Kota Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Barat.

Ini menjadi pawai terbesar di Indonesia dalam rangkaian peringatan Paskah 2023. Semana Santa digelar Jumat (7/4/2023) di kota maupun di perairan lepas pantai kota religi ini.

Acara diisi arak-arakan perkabungan patung Tuan Ma (Bunda Allah) dan Tuan Ana (Yesus Kristus) mengitari jantung kota berjuluk Reinha Rosari ini.

Puncak devosi sakral Jumat Agung malam dibanjiri ribuan peziarah. Cahaya lilin warna kuning keemasan membias sepanjang jalur prosesi yang radiusnya diperkirakan mencapai tiga kilometer.

'Turo' atau pagar berbahan bambu dan kayu kukung tertancap di sisi kiri dan kanan. Umat mengantar peti Yesus Kristus diikuti Tuan Ma di belakangnya.

Lantunan doa dan nyanyian ratapan pecah di kota Kerajaan Katolik pertama dan tertua seantero Nusantara itu.

Pantauan jurnalis Tribun Flores Tribun Network di Kelurahan Pohon Sirih, bunyi 'Genda Do' menggaung di telinga ratusan umat yang sedari petang menungu kedatangan Tuan Ana dan Tuan Ma di Armida Pohon Sirih.

Di barisan belakang Genda Go, ada sejumlah anak membawa tanamam sorgum dan tebu yang diambil dari kebun.

Barisan para bocah juga membawa perangkat sengsara berupa kayu salib dan papan nama bertuliskan 'INRI'.

Sekitar 200 meter sebelum dua patung sakral tiba di Armida Pohon Sirih, tampak dua perempuan lansia berkaus hitam duduk di atas bangku kecil membakar dupa dan menyalakan dua lilin besar.

Kepulan asap dupa membumbung ke arah dua patung sakral yang digotong empat Lakademu dan anggota Confreria.

Keduanya bernama, Maria Ice da Silva (63) dan Theresia Nona Derosari (65), keturunan asli suku da Silva yang bertugas membuat wangian untuk Tuan Ma pembawa rahmat perlindungan.

"Diwariskan sudah dari jaman nenek moyang dulu. Ini tugas bukan sembarang, tugas kami buat wangian setiap mengaji semana hari Sabtu," katanya kepada wartawan sebelum barisan peziarah tiba di sana.

Barisan peziarah mengular sepanjang jalur prosesi Jumat Agung. Nyala lilin membias hingga ke sudut-sudut wajah kota yang belum tersentuh penerangan PJU.

Jumlahnya diperkirakan belasan ribu atau melampaui peziarah yang mendaftar melalui Panitia Semana Santa 2023.

"Kemungkinan 13 ribu orang, wah gila betul. Mereka berdoa dengan sungguh," kata Mr Tuukka, warga negara Finlandia yang sudah dua tahun tinggal di Lembata.

Tuukka kagum dengan puncak devosi Semana Santa. Pria yang cukup fasih berbahasa Indonesia mengaku belum pernah melihat ritual serupa di belahan bumi manapun.

"Di tempat saya (Finlandia) tidak seperti ini. Sudah dua tahun tinggal di Lembata. Wah, bagus sekali," tuturnya.

Di antara ribuan peziarah, ada seorang ibu menggendong bayinya dengan kain sarung motif lamaholot.

Tangan kanannya memegang sebatang lilin bernyala sambil mengikuti lantunan doa rosario dipimpin seorang biarawati PRR Lebao.

Lautan manusia di jalur prosesi Jumat Agung berakhir sekitar pukul 02.00 Wita.

Prosesi Paskah mengenang sengsara Yesus Kristus dan ratapan Bunda Maria berlangsung syahdu. Peziarah larut dalam doa dan nyanyian ratapan menggunakan bahasa Latin.

Kota Larantuka berdiri megah di bawah kaki Gunung Ile Mandiri. Jejak historis sebagai kota kerajaan Katholik tak terlepas dari kedatangan bangsa Portugis pada abad 16.

Pada 2018, Raja Larantuka, Don Andreas Martinus DVG bertemu Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan Larantuka sebagai kota kerajaan Katholik terbesar di Indonesia.

Dinasti atau garis keturunan ke-22 ini meyakini bahwa nilai-nilai kekatolikan dan kerajaan tetap langgeng berkat bantuan Tuan Deo (Tuhan) serta Bunda Maria.

"Saya ke Pak Jokowi bilang kerajaan Katholik terbesar adalah di Kerajaan Larantuka. Sampai sekarang kerajaan tetap eksis dan berdiri untuk mempertahankan iman umat katolik," ungkapnya.

Menurutnya, Kerajaan Larantuka didirikan dinasti pertama, Padu Ile Pook Wolo, raja pertama sejak awal abad ke-14 (1.301-1.400).

Ia mengklaim dibentuknya kerajaan bukan campur tangan bangsa penjajah yang datang mencari rempah-rempah.

"Kerajaan Larantuka tidak diangkat oleh Belanda atau siapapun, dia sudah ada sebelum mereka masuk ke sini," katanya.

Penyebaran agama Katholik, kata Don DVG, berawal ketika penjajah Portugis pertama kali menjejakan kaki di Flores Timur, bersamaan sejumlah Padri atau misionaris Dominikan.

Kedatangan misionaris pada abad ke-16 disambut sang Raja Larantuka.

Sejak saat itu, raja punya peranan penting yang diakui sebagai pemegang kendali iman umat dibantu para anggota konferia dalam ibadat rohani, termasuk devosi Semana Santa yang melegenda hingga saat ini.

"Raja Larantuka pada saat itu secara otoritas mewajibkan seluruh umat harus berdoa Rosario setiap hari pukul 18.00 Wita," katanya.

Sebagai orang nomor satu Kerajaan Larantuka, Don DVG bertugas memimpin 12 suku semana dan bertanggung jawab dalam menjalankan devosi prosesi Jumat Agung, mengenang kisah sengsara Yesus Kristus.(Tribunnews.com/TribunFlores/Paul Kabelen)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ; 

Baca Selanjutnya: Semana santa cahaya emas di kota kerajaan katolik tertua se nusantara

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini