Bentuk seperti usnisa dengan ikal rambut seperti gaya arca-arca Budha. Diduga kedua tutup sanggul ini digunakan laki-laki dan perempuan berdasar besar ukurannya.
Etalase berikutnya memamerkan sejumlah kalung emas sangat indah. Bentuknya ada bandul kacang koro pedang, ikan lele dan kerang.
Pada masing-masing bandul terdapat silinder berongga atau bandul yg sengaja dibuat berlubang untuk mengaitkan tali.
Tiap bandul terbuat dari dua lempengan emas tipis yang di dalamnya diisi tanah liat kualitas tinggi.
Namun ada juga kalung emas padat atau tanpa rongga. Di etalase yang sama ada bandul tali kasta.
Bandul emas ini merupakan penanda kasta seseorang. Biasa disampirkan di bahu atau diletakkan di dada dengan tali di kedua ujungnya.
Bandul kasta Wonoboyo ini bentuknya seperti kepompong, dengan ornamen suluran.
Ukurannya cukup besar sebagai bandul tali kasta. Raja dan kaum bangsawan tinggi umumnya menggunakan hiasan penanda kasta di tubuh mereka.
Nah, koleksi berikut ini yang terlihat sangat istimewa. Pendar warna emasnya sangat menyolok, berbeda dengan artefak emas lainnya.
Berkilauan di bawah pencahayaan lampu yang cukup baik di etalase khusus di tengah ruangan.
Inilah mangkuk emas Wonoboyo, sebuah wadah berlekuk enam dengan hiasan relief di semua sisinya.
Reliefnya serupa adegan Ramayana di Candi Prambanan dan Candi Penataran. Dibuat dalam teknik repousse dengan ketelitian tinggi.
Fungsi mangkuk lonjong emas ini diduga kuat sebagai wadah persembahan atau sesaji.
Dari gayanya, bentuk mangkuk ini diambil dari gaya mangkuk zaman dinasti Tang. Secara garis besar enam sisi mangkuk lonjong itu melukiskan adegan Dewi Sita digoda kijang emas.