TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Ini sesungguhnya bagian kisah lebih kurang 32 tahun yang lalu.
Peristiwa spektakuler di era rezim Soeharto, namun berakhir sayup-sayup penuh misteri.
Timbunan harta karun kuno berupa emas dalam aneka rupa, ditemukan tak sengaja oleh enam penambang tanah pasir di Dusun Plosokuning, Desa Wonoboyo, Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah.
"Saya waktu itu paling kecil di antara enam orang," kata Sumarno (45) di rumahnya di Desa Wonoboyo. Kisah misteri Wonoboyo ini muncul kembali pada awal 2018.
"Beratnya sekitar dua kuintal (200 kg), dari tiga guci dan benda lain yang ditemukan," beber Marno, panggilan akrab warga Wonoboyo ini.
Rumah Marno terletak sekitar 500 meter sebelah barat lokasi penemuan.
Harta karun itu tepatnya ditemukan di persawahan milik Ny Cipto Suwarno (alm), warga Wonoboyo juga.
Lokasi ini masuk wilayah Dusun Ploso Kuning, berada di tepian sungai kecil yang airnya mengalir sepanjang tahun.
Kini lokasi penemuan sama sekali tak terlihat jejaknya. Tak ada patok penanda lokasi bersejarah ini. Sesudah serangkaian penelitian lanjutan tahun 1990 dan 1991, situs tersebut dibiarkan telantar.
Laju zaman mengembalikan situs itu ke bentuk kemudian sebagai sawah. Namun warga Wonoboyo masih mengingat tempatnya persis di bawah pohon kluwih, yang tumbuh di sisi barat sawah.
Baca juga: Proyek Tol Solo-Jogja Singkap Jejak Lama Harta Karun Emas Wonoboyo
Baca juga: Inilah Harta Karun Emas Mataram Kuno dari Situs Wonoboyo Klaten
Baca juga: Ada Simbol Kerajaan di Cawan Emas, Pemiliknya Diduga Dyah Bunga dan Cri Spi
Kisah terbaru dan sangat menarik tentulah kesaksian Marno soal perkiraan jumlah atau bobot temuan di tengah terik matahari pada 17 Oktober 1990 itu.
"Ya, perkiraan saya lebih dari 100 kilogram," jawab Marno saat diulang-ulang ditanya berapa perkiraan bobot temuan emas itu menurutnya. "Satu guci saja ada kali, 50 kilogram," ujarnya.
Marno menggambarkan kejadian waktu itu ketika sepeda yang dipakai untuk membawa sebuah guci, sampai pecah bannya saking beratnya beban.
"Ban sepeda lho sampai pecah waktu mau bawa guci ke balai desa," ujar sopir truk pasir ini. "Berat banget," timpalnya.