Begitu juga Cipto Suwarno, pemilik sawah dan penerima imbalan terbesar, yaitu Rp 238 juta, sudah meninggal dunia.
Menurut Marno, anak-anak almarhum Cipto Suwarno sukses semua. Sawah milik keluarga mereka tempat penemuan harta karun, kini diurus penggarap.
Lantas uang puluhan juta yang diterima Marno dipakai apa? "Ini, jadi rumah, yang kami tempati sekarang. Sisanya sudah habis untuk berbagai keperluan," jelas Marno.
Ia mengingat, dulu sesudah menerima uang dalam jumlah besar, keluarganya meminta bantuan tokoh-tokoh pemuda desa untuk berjaga di rumahnya sampai sebulanan.
Namun, informasi berbeda disampaikan Widodo atau Dodo (58). Ia adalah orang yang pertama kali menemukan guci-guci kuno berisi harta karun emas.
Saat ia mencangkul tanah, cangkulnya membentur benda keras. Kemudian tanah di sekeliling benda itu dikorek-korek bersama teman-temannya.
"Saya tidak tahu berapa bobot dan jumlahnya. Tahunya ya dari koran aja itu ditulis berapa belas kilo. Sesudah lapor ke desa, saya tidak tahu lagi," kata Dodo.
Beberapa pekan kemudian, ia diundang hadir di Candi Prambanan bertemu Presiden Soeharto. Soal imbalan, Dodo menyebutnya tiap penemu mendapat Rp 13 juta.
"Satu juta diterimakan tunai, sisanya pakai cek di BNI 46 Yogya," tuturnya.
Pemilik lahan juga mendapat imbalan cukup besar untuk ukuran saat itu.
"Satu juta waktu itu sudah dapat dua pedhet (anak sapi). Sawah satu pathok (2.500 m2) masih enam jutaan. Jadi ya sangat besar untuk kita," lanjut warga Dusun Wonoboyo ini.
Berapa sesungguhnya jumlah dan bobot harta karun emas Wonoboyo, rupanya turut berselimut misteri, sama misteriusnya dengan asal usul dan milik siapa emas-emas fantastis itu.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)