Angka berbeda disebutkan sejarahwan masa klasik dari UGM, Prof Dr Timbul Haryono, yang turut menelaah temuan ini.
Ia menuliskan angka 30 kilogram emas pada prolog laporan kajian tentang harta karun emas Wonoboyo.
Angka ini cukup umum jadi pengetahuan publik, selain versi lain yang muncul di konten Wikipedia tentang temuan Wonoboyo.
Di Wikipedia, ditulis total temuan emas dan perak 16,9 kilogram. Terdiri emas 14,9 kilogram, dan perak 2 kilogram. Rincian barangnya juga disertakan.
Paling menonjol bokor gembung dan baskom emas berukir adegan epos Ramayana. Lainnya ada 6 tutup bokor, 3 gayung, 1 baki, 97 gelang, 22 mangkuk kecil, pipa rokok, guci besar dari era dinasti Tang.
Ada lagi 2 guci kecil, 11 cincin, 7 piring, 8 subang, tas emas berbentuk persegi, gagang keris atau mungkin hiasan pucuk payung, manik-manik, dan uang logam emas berbentuk seperti biji jagung.
Semua temuan ini jadi koleksi Museum Nasional di Jakarta.
Tanpa ragu, Marno mengungkap sejumlah keganjilan yang menyertai penemuan harta karun zaman Mdang.
"Dulu, mana berani orang cerita. Para penemu seperti tak habis-habisnya diinterogasi," aku Marno.
Beruntung, sebagai anggota termuda, Marno tak banyak didatangi polisi dan tentara.
"Lima orang yang seperti tanpa henti ditanyai. Mereka memastikan tidak ada yang menyimpan atau menyembunyikan temuan," lanjutnya.
Enam orang penemu harta karun emas Wonoboyo terdiri atas Witomoharjo, Dadi, Surip, Dodo, Marno, dan Hadi Sihono.
Di antara mereka, Witomoharjo sebagai orang tertua, dan Hadi Sihono sudah meninggal.
Menurut Marno, semua temuan di lahan Cipto Suwarno yang dikeruk tanahnya untuk urugan itu diangkut ke Balai Desa Wonoboyo, sebelum kemudian dibawa ke kantor purbakala.