TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI – Asep Hidayat Mustopa dikenal sebagai perintis Desa Wisata Hanjeli, sekaligus penyelamat tanaman pangan itu dari kepunahan.
Desa wisata ini terletak di Kampung Waluran 2 RT 10 RW 02 Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Wisatanya edukasi berbasis pangan lokal pertama di Indonesia. Produk pangan lokal menjadi daya tarik wisatawan.
Hanjeli (Coix lacrymajobi L.) merupakan satu di antara tanaman jenis serealia yang berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai bahan pangan baru.
Tanaman biji-bijian ini berasal dari ordo Glumifora dan famili Poaceae. Hanjeli dikenal pula dengan sebutan jali atau jali-jali di Indonesia.
Tanaman hanjeli berbentuk rumpun setahun dengan batang yang tegak dan besar. Tinggi batang dapat mencapai 1-3 meter.
Akar tanaman bersifat kasar dan sulit dicabut. Letak daunnya berseling dengan helaian berbentuk pita dan ukuran 1-5 cm.
Ujung daun hanjeli berbentuk runcing, pangkalnya memeluk batang, dan tepinya rata. Bunga akan keluar dari ketiak daun dan ujung percabangan.
Bunga tersebut berbentuk bulir. Buahnya seperti buah batu dan berbentuk bulat lonjong. Warna buah adalah putih atau biru-ungu dan berkulit keras saat sudah tua.
Daerah asal hanjeli adalah Asia Timur dan Malaya, termasuk Indonesia sampai India Timur lalu menyebar ke Cina, Mesir, Jerman, Haiti, Hawai, Jepang, Panama, Serawak, Filipina, Taiwan, Amerika, dan Venezuela.
Kreatifitas Dewi Hanjeli
Di Desa Wisata Hanjeli ini dikenalkan atraksi panen hanjeli, numbuk memakai lisung, mengolah hanjeli jadi beragam makanan, mulai dari rengginang, dodol, nasi liwet, hingga tepung.
Bahkan, disuguhkan juga atraksi membuat aksesoris dari hanjeli, seperti membuat gelang. Hanjeli juga dapat dijadikan sabun.
Secara fisiografis kawasan Desa Wisata Hanjeli merupakan bagian dari bentang alam plato Jampang yang berumur miosen (17 - 28 Juta Tahun Lalu).