News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tokoh Kalpataru 2023

Dulu TKI di Timteng, Asep Hidayat Pulang Kampung Selamatkan Pertanian Hanjeli

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Asep Hidayat Mustopa menerima Anugerah Kalpataru 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atas kontribusinya menyelamatkan tanaman pangan hanjeli atau jali-jali.

TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI – Asep Hidayat Mustopa dikenal sebagai perintis Desa Wisata Hanjeli, sekaligus penyelamat tanaman pangan itu dari kepunahan.

Desa wisata ini terletak di Kampung Waluran 2 RT 10 RW 02 Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Wisatanya edukasi berbasis pangan lokal pertama di Indonesia. Produk pangan lokal menjadi daya tarik wisatawan.

Hanjeli (Coix lacrymajobi L.) merupakan satu di antara tanaman jenis serealia yang berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai bahan pangan baru.

Tanaman biji-bijian ini berasal dari ordo Glumifora dan famili Poaceae. Hanjeli dikenal pula dengan sebutan jali atau jali-jali di Indonesia.

Tanaman hanjeli berbentuk rumpun setahun dengan batang yang tegak dan besar. Tinggi batang dapat mencapai 1-3 meter.

Akar tanaman bersifat kasar dan sulit dicabut. Letak daunnya berseling dengan helaian berbentuk pita dan ukuran 1-5 cm.

Ujung daun hanjeli berbentuk runcing, pangkalnya memeluk batang, dan tepinya rata. Bunga akan keluar dari ketiak daun dan ujung percabangan.

Bunga tersebut berbentuk bulir. Buahnya seperti buah batu dan berbentuk bulat lonjong. Warna buah adalah putih atau biru-ungu dan berkulit keras saat sudah tua.

Daerah asal hanjeli adalah Asia Timur dan Malaya, termasuk Indonesia sampai India Timur lalu menyebar ke Cina, Mesir, Jerman, Haiti, Hawai, Jepang, Panama, Serawak, Filipina, Taiwan, Amerika, dan Venezuela.

Asep Hidayat Mustopa membawa seikat tanaman hanjeli atau jali-jali yang dilestarikan di Kampung Waluran 2 RT 10 RW 02 Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Kreatifitas Dewi Hanjeli

Di Desa Wisata Hanjeli ini dikenalkan atraksi panen hanjeli, numbuk memakai lisung, mengolah hanjeli jadi beragam makanan, mulai dari rengginang, dodol, nasi liwet, hingga tepung.

Bahkan, disuguhkan juga atraksi membuat aksesoris dari hanjeli, seperti membuat gelang. Hanjeli juga dapat dijadikan sabun.

Secara fisiografis kawasan Desa Wisata Hanjeli merupakan bagian dari bentang alam plato Jampang yang berumur miosen (17 - 28 Juta Tahun Lalu).

Lapisan itu terendapkan di dasar laut, kemudian terangkat ke permukaan hingga menjadi daratan.

Material endapan hasil gunung api purba tersebut menjadikan kondisi tanah-tanah di kawasan plato Jampang cenderung kering (minim air).

Pada 2010, Asep Hidayat memutuskan tidak kembali bekerja sebagai peklerja migran alias TKI di Timur Tengah.

Asep mengajak warga yang pernah senasib dengannya menjadi TKI/TKW untuk memanfaatkan potensi lokal yang dapat mendunia.

Saat itu, Hanjeli yang ia pilih untuk dikembangkan.

"Saya kebetulan mantan buruh migran atau TKI, saya mencoba mengajak ibu-ibu, karena di sini banyak TKI dan TKW juga, kebetulan tim kita hampir 80 persen mantan buruh migran," ujar Asep Hidayat.

"Oleh sebab itu, kami ingin mereka tidak pergi lagi ke Timur Tengah, daripada ke sana yuk manfaatkan potensi yang ada di kampung kita menjadi nilai lebih, agar kita bisa meningkatkan taraf ekonomi yang sejahtera," kata Asep kepada jurnalis Tribun Jabar Tribun Network, Jumat (9/6/2023).

Asep mulai melakukan riset tentang Hanjeli, apa saja keunggulan dan manfaat Hanjeli yang dapat dikembangkan. Sampai akhirnya di tahun 2015 mulai masuk konsep edukasi wisata.

"Untuk konsep desa wisata, edukasi wisata berbasis pangan lokal hanjeli ini pertama di Indonesia," katanya.

"Pertama itu kami mencoba mengkonservasi si pangan ini, karena pangan ini hampir punah, waktu itu kami mencoba mengkreasikan. Kami coba olah jadi produk, dari mulai dodol, rengginang, jadi beras, jadi tepung bahkan cake, sabun Hanjeli, bahkan lain-lainnya," ucap Asep.

Ia menambahkan, Hanjeli memiliki kandungan protein setara beras, bahkan kandungan kalsium dan proteinnya lebih tinggi dari beras.

Karena itu, ia terus mengembangkan pangan lokal Hanjeli yang nyaris punah itu.

"Hanjeli itu tanaman sereal sejenis padi-padian, pangan ini sebetulnya sudah hampir punah makanya kita coba konservasi agar tetap terjaga," ucap Asep.

"Lalu kandungan gizi sebetulnya dengan beras jauh, bagus hanjeli, contoh proteinnya dua kali lipat dari pada beras, beras kan 8, kalau hanjeli sampai 14 persen, bahkan kalsiumnya beras 18 persen, kalau hanjeli sampai 54 persen. Jadi artinya kalsium dan protein jauh lebih tinggi," katanya.

Sejumlah wanita eks pekerja migran asal Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, siap memandu tur para wisatawan ke Desa Wisata Hanjeli.

Pengelolaan Konsisten

Semenjak dibuka menjadi lokasi edukasi wisata 10 tahun silam, hingga kini Desa Wisata Hanjeli tetap ramai pengunjung. Baik weekday ataupun weekend.

Setiap harinya selalu ada pengunjung dari berbagai daerah datang melihat langsung cara menanam hingga mengolah hanjeli.

Desa Wisata Hanjeli juga menjadi favorit setiap sekolah hingga perguruan tinggi lokal ataupun dari berbagai daerah untuk melakukan riset.

"Supaya multiple efek lebih mudah, lebih luas, sehingga kami buat desa wisata, karena di sini mengenalkan tentang bagaimana atraksi wisata mulai cara tanam, panen, numbuk pakai lisung, bahkan nampi menggunakan nampan masih terjaga sampai saat ini," kata Asep Hidayat.

"Bahkan wisatawan diajak untuk membuat olahan dodol, rengginang dan lainnya, buat gelang aksesoris dari hanjeli juga," ujar Asep.

"Alhamdulillah dari situ kami bekerjasama dengan beberapa akademisi karena konsep kita konsep pentahelix, ada akademisi, bisnis, komunitas, government dan media," ujarnya.

"Alhamdulillah Desa Wisata Hanjeli sampai saat ini terus kedatangan wisatawan, ada juga dari sekolah alam Bogor hingga perguruan tinggi, mancanegara alhamdulillah ada yang datang," terangnya.

Meskipun berada di pelosok sangat jauh dari perkotaan. Desa Wisata Hanjeli mampu menghasilkan perputaran uang puluhan juga setiap harinya.

Hal itu terjadi karena di sana juga tersedia homestay yang memanfaatkan rumah-rumah warga, terutama para pekerja yang menjadi guide dan sebagainya di Desa Wisata Hanjeli.

"Pengunjung dari sekolah alam Bogor itu menginap selama 8 hari, alhamdulillah perputaran uangnya Rp 40-50 jutaan, homestay 8 rumah penuh semuanya," lanjut Asep Hidayat.

"Juga ada tim guide kita punya beberapa divisi bahkan bikin olahan, termasuk kita menggabungkan konsep geopark, di dalamnya keragaman hayati, keragaman geologi dan keragaman budaya itu semuanya include jadi terintegrasi," ucapnya.

Asep mengatakan, kunci utama Desa Wisata Hanjeli tetap ramai dan terus diminati wisatawan adalah konsisten.

Sebagai founder, ia terus konsisten mengembangkan hanjeli agar tetap eksis dan tidak punah.

"Perjuangan yang paling utama memang kita konsisten, karena hampir 10-12 tahun kami mencoba terus konsisten, jadi di sini kami lumayan banyak anak muda, di sini pun menggunakan sistem barcode, minimal digitalisasi sudah dilakukan," tuturnya.

Ada yang menarik di Desa Wisata Hanjeli ini, seluruh guide atau pemandunya merupakan eks TKI dan mereka fasih berbagai bahasa asing, dari bahasa Inggiris, Arab hingga kantonis.

"Untuk para guide latar belakang TKI, makanya kalau bahasa Arab dan Inggris saya pribadi insyaallah bisa, ada juga teh Wati bisa bahasa Arab, Inggris dan Kantonis," kata Asep.

"Artinya ada kunjungan dari wisatawan nasional kami insyaallah sudah siap untuk menjadikan lokasi wisatawan," ujarnya.

Tak ketinggalan, bahasa ibu yakni Sunda dan Indonesia menjadi bahasa utama yang diperkenalkan kepada wisatawan mancanegara maupun luar daerah Jawa Barat.

Berkat ketekunannya itu, Desa Wisata Hanjeli sukses meraih berbagai penghargaan, di tahun 2022 lalu Desa Wisata Hanjeli masuk dalam kategori Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI).

Terbaru, sang Founder mendapatkan penghargaan Kalpataru 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).(Tribunnews.com/Tribun Jabar/M Rizal Jalaludin)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ; 

Baca Selanjutnya: Sosok abah asep eks tki yang sukses kembangkan desa wisata hanjeli sukabumi perkuat pangan lokal

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini