TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ibu rumah tangga di Jakarta terpaksa tak bisa menyajikan tahu dan tempe untuk menu berbuka dan santap sahur. Makanan berbahan kedelai ini sudah tak bisa mereka temukan di pasaran, Rabu (25/7/2012).
Mereka yang terbiasa memasak tahu dan tempe pun kebingungan, harus menyajikan menu apa untuk berbuka dan sahur nanti. Tahu dan tempe memang menjadi alternatif termurah kaum ibu untuk memenuhi gizi keluarga mereka.
Tahu dan tempe dianggap menjadi penolong bagi kaum ibu, terutama di saat harga-harga bahan pokok melonjak seperti puasa saat ini. Komposisi gizi yang lengkap dengan harga yang relatif terjangkau ini membuat tempe dan tahu jadi bahan masakan favorit.
"Aduh, mau masak apa ini kalau tahu dan tempe gak ada yang jual. Mau beli ikan atau daging harganya sudah gila-gilaan ," ujar Ibu Irfan mengeluh.
Warga Palmerah ini sudah berkeliling ke penjual sayur di sekitar rumahnya hingga ke pasar. Namun, tidak ada satu pun penjual sayuran yang menjajakan tempe dan tahu.
Para perajin anggota Koperasi Tahu Tempe Indonesia (KOPTTI) Jabodetabek, khususnya perajin tempe sudah sejak Senin (23/7/2012), tidak melakukan produksi.
Langkah ini dilakukan semua perajin tempe sebagai aksi demo mogok produksi kepada pemerintah agar pemerintah serius menanggulangi gejolak harga kedelai yang semakin menghimpit dalam dua pekan belakangan.
"Mulai kemarin setop produksi. Yang tempe sudah dari hari Senin tidak produksi. Dan ini agar saat jualan hari Rabu sudah tidak ada lagi di pasar," ungkap Ketua Koperasi Perajin Tempe tahu Indonesia (KOPTI) Jakarta Selatan, Sutaryo kepada Tribun, Jakarta, Selasa (24/7/2012).
Tegas dikatakan, bahwa perajin tahu dan tempe, melakukan aksi mogok produksi ini bukan tanpa sebab. Selain karena gejolak harga kedelai akhir-akhir ini, juga karena pemerintah tidak memiliki niat baik untuk menanggapi aspirasi yang disampaikan selama ini.