Jokowi yang sukses membangun Solo, diyakini bisa membuat Jakarta lebih baik. "Partai- partai itu hanya perhiasan untuk tampil. Saya dukung jargon Jokowi untuk koalisi rakyat," tegas Senator asal Jakarta, AM Fatwa.
Ia tak bermaksud merendahkan koalisi partai. "Saya lihat ada pergeseran nilai pemilih berdasarkan partai. Foke yang didukung partai gajah rupanya kalah. Kita (partai-partai) bertanggungjawab untuk menyelesaikan kekurangan ini. Saya yakin partai-partai yang ada saat ini sedang belajar," tutur Wakil Ketua MPR tahun 2004-2009 ini.
Wasekjen Golkar, Nurul Arifin mengakui koalisi partai pengusung Foke bak macan ompong. "Koalisi partai tanpa mempertimbangkan ketokohan (calon), ternyata seperti macan ompong. Bagaimanapun, tokoh jadi magnet utama kontestasi politik," tegas Nurul.
Parpol harus mengevaluasi diri. Apakah sudah benar-benar memperhatikan aspirasi rakyat dalam menentukan calon untuk Pilkada dan tak menutup kemungkinan untuk Pilpres.
"Partai harus sungguh-sungguh memberikan kader terbaiknya di Pilkada-pilkada. Jangan hanya pragmatisme politik, tapi harus obyektif dalam memutuskan siapa yang akan diusung," tuturnya.
Semua mata memantau proses Pilgub DKI. Tak bisa dipungkiri, Pilgub DKI jadi barometer Pemilu 2014. "Pilkada DKI merepresentasikan miniatur Indonesia yang majemuk dan pluralistik. Di sini bermuara ragam etnis, golongan dan agama, sehingga pantas disebut tolok ukur Pemilu nasional," tandas Nurul.
Guru Besar Ilmu Politik UI ini mengungkapkan, hasil penelitian UI tahun 2011 menunjukkan 70 persen masyarakat sudah tak percaya Parpol. "Ini akibat perilaku anggota DPR yang mewakili partai politik besar sering tak berpihak masyarakat," tandas Iberamsjah.
Pengamat Politik Ray Rangkuti pun menyarankan parpol cepat berubah. "Karena pemilih makin independen. Duit tak sepenuhnya menentukan, figur bersih dan jujur jadi andalan," tegasnya. (fer/aco/wil)