Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Secara umum penyelenggaran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta berjalan dengan lancar dan cukup demokratis. DKI Jakarta juga sudah memiliki pasangan gubernur dan wakil gubernur yang memenangkan kontestasi Pilgub DKI.
Selain mengapresiasi penyelenggara pilgub, KPU Provinsi DKI dan Panwaslu DKI, media dinilai cukup memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perhelatan pesta demokrasi rakyat lima tahunan itu.
"Media dapat menghipnotis masyarakat untuk memilih salah satu pasangan calon. Karena media dapat menggiring sudut pandang masyarakat," ujar R. Siti Zuhro, Peneliti Senior (LIPI), Siti Zuhro, dalam diskusi santai di Bakoel Koffie, Jakarta, Minggu (30/9/2012).
Peran media tersebut, dinilai memberikan efek positif dan negatif kepada warga. Efek positifnya yaitu media mampu mengawal Pilkada DKI Jakarta dari awal hingga akhir sehingga pelaksanaannya bisa transparan.
"Sementara untuk sisi negatifnya yaitu tidak adanya masalah pertanggungjawaban. Seperti munculnya isu SARA (suku, agama, ras, antargolongan) tidak ada yang bertanggung jawab. Itu yang harus kita waspadai," ujar perempuan yang meraih gelar doktor ilmu politik di Curtin University, Perth, Australia.
Dikatakannya, perhelatan pilgub DKI Jakarta menegaskan bahwa warga DKI semakin melek terhadap demokrasi. Pemilih sudah tidak mengindahkan arahan partai politik untuk memberikan hak suaranya.
"Ketika warga tidak lagi mengikuti elite politik. Demokrasi sudah berpikir jernih. Sehingga, nuansa damai dan nilai-nilai demokrasi yang dikedepankan," ujarnya.
"Ini pencapaian yang menyenangkan, meskipun ada catatan kecil kekurangan penyelenggaraan," pungkasnya. (*)
BACA JUGA: