Laporan Wartawan Warta Kota, Feryanto Hadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasih ibu tiada berbatas. Mungkin ungkapan tersebut pantas disematkan pada sosok Sri Budiyanti. Perempuan berusia 36 ini tetap teguh dan sabar menjagai anaknya, Sayyaf Haidar Al Bahy (4) yang sejak setahun lalu menderita kanker tulang langka dengan nama penyakit 'Primitive Neuroectodermal Tumor (PNeT).
Kini, aktifitasnya sehari-hari, menunggui Haidar di salah satu ruang perawatan di RS Dharmais, Jakarta Barat.
"Menjaga anak penderita kanker seperti ini harus sabar. Tidak bisa dihadapi dengan emosi. Toh buat apa juga emosi, tidak menyelesaikan masalah," tutur Sri Budiyanti saat ditemui di ruang perawatan lantai 4 RS Dharmais, kemarin.
Dulu Yanti memang sempat shock ketika mendapati kenyataan bahwa putranya itu terkena kanker. Terlebih, kanker yang diderita Haidar tergolong langka. Tapi terkejutnya itu lebih kepada rasa iba kepada Haidar, mengingat saat itu Khaidar masih bayi.
"Saya sebagai ibu hanya ikut merasakan apa yang dia rasakan. Pasti sakit sekali. Saya sedihnya ya karena membayangkan itu. Bukan saya tidak menerima kenyataan yang diberikan Tuhan," kata wanita yang selalu berkerudung ini.
Gejala penyakit yang diderita Haidar, kata Yanti, saat bocah mungil itu berusia 2 tahun 2 bulan. "Dia saat itu sering menangis. Awalnya justru sering ngilu di bagian kakinya. Kemudian setelah dibawa ke dokter spesialis, dia divonis kena kanker," kata dia.
Oleh keluarga, Haidar sudah dibawa ke beberapa rumah sakit untuk berobat. Tapi tidak ada perubahan berarti pada diri bocah bungsu dari dua bersaudara ini. Justru benjolan di kepala Haidar semakin membesar.
Sudah tidak terhitung berapa banyak biaya yang dikeluarkan Yanti dan keluarga, saat itu. Oleh beberapa rekan, ia kemudian diminta untuk membawa Haidar ke RS Dharmais.
Tercatat sejak september 2012 Khaidar dirawat di RS Dharmais. Selama itu pula Yanti mendampingi anaknya, melewati hari-hari dengan segenap rasa haru dan kesabaran.
"Saya haru ketika melihat anak sekecil ini sudah kuat menghadapi penyakit kanker. Dia sekarang sudah jarang nangis. Dia sudah paham, mungkin. Bahkan dia sudah hapal jam-jam minum obat beserta obatnya," kata Yanti sambil tersenyum, tulus.
Ketika Warta Kota sedang berbincang dengan Yanti, Haidar masih sibuk dengan beberapa mainannya. Di beberapa kesempatan bocah kecil itu tersenyum lugu. Ia bahkan tertawa saat sang ibu menggodanya.
"Ini yang saya bilang kenapa para orangtua harus sabar menghadapi anaknya. Karena pengobatan penyakit kanker juga dilakukan dari sisi pendekatan psikologi kepada anak. Kalau kita tidak sabar dan marah-marah, kasihan anaknya. Selain itu, dokter dan suster di sini semua alamdulillah dapat membantu anak-anak penderita kanker dengan baik," katanya.
* Beberapa kali diprediksi umur tidak panjang