TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Mayjen TNI (Purn) Tubagus Hasanudin mengatakan, alat sadap yang ditemukan di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi dapat merekam suara dan gambar.
Ada tiga alat sadap yang ditemukan di rumah Jokowi pada Oktober 2012.
Hasanudin menjelaskan, penyadapan dapat dilakukan dengan tiga hal, yakni melalui udara bebas, melalui rekaman, dan melalui penguatan sinyal. Penyadapan melalui udara bebas dilakukan dengan mencegat dan merekam saluran telepon target yang akan disadap.
Penyadapan dengan teknik penguatan dapat mendengar dan merekam pembicaraan seseorang, tetapi dengan jarak yang terbatas. Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR itu, jarak maksimalnya hanya sekitar 300 meter.
"Bisa juga pakai alat yang hidup terus. Bisa merekam setiap gerakan, suara, dan gambar. Nah, yang dipakai di rumah Jokowi yang terakhir ini," kata Hasanudin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/2/2014).
Mantan Sekretaris Militer itu melanjutkan, alat sadap yang ditemukan di rumah dinas Jokowi dapat terus beroperasi dan bertahan lebih dari satu bulan. Semua gerakan dan suara direkam melalui transmiter.
Menurut Hasanudin, ketika tiga alat sadap ditemukan di rumah Jokowi pada Oktober 2012 (sebelumnya disebut akhir 2013), pihaknya sempat mengacak lokasi alat sadap tersebut. Alat sadap ditemukan saat tim pengawal Jokowi melakukan pembersihan dan renovasi di rumah dinas.
Kemudian, seluruh alat sadap yang ditemukan di ruang makan, ruang tamu, dan kamar tidur dipindah ke lokasi lain yang dianggap tak membahayakan. Baru pada Desember 2012 semua alat sadap itu dimatikan.
Sebelumnya, Jokowi memilih tidak melaporkan temuan itu ke kepolisian lantaran tidak ada hal rahasia yang dibicarakannya bersama sang istri, Iriana, di rumah tersebut. Dia mengaku lebih banyak membicarakan tentang makanan.