TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Ratusan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan seragam hijaunya berdiri rapi di lapangan kantor Wali Kota Bekasi, Jalan Ahmad Yani, Bekasi.
Pintu gerbang ditutup tepat pukul 07.30 WIB, untuk mencegah PNS yang terlambat agar tidak bisa masuk.
Begitulah suasana apel pagi yang dilakukan rutin tiap hari Senin di kantor Wali Kota Bekasi. Berlangsung sekitar 30 hingga 40 menit. Namun, hari ini ada yang berbeda.
Apel pagi berlangsung lebih lama dari biasanya. Pukul 09.00, apel baru selesai. Dua PNS pingsan mengikuti apel ini. Ada apa?
"Biasa di kantor mungkin. Enggak biasa di lapangan. Yang lain masih mau dengerin enggak? Masih mau jalani kewajiban enggak?" ujar Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi saat apel dengan nada tinggi, Senin (13/10/2014).
Pagi ini, Rahmat Effendi memimpin langsung jalannya apel. Seharusnya, pimpinan apel pagi ini adalah sekretaris daerah.
Rupanya, Rahmat Effendi ingin menegur langsung para PNS setelah Bekasi menjadi bulan-bulanan di media sosial.
Nada suaranya pada pidato pagi ini tinggi. "Mau kotanya diejek? Dikarikaturkan? Digambarkan seolah-olah Bekasi tidak ada di peta?" ujar Rahmat.
Dalam pidatonya, Rahmat mengatakan mental aparatur pemerintahan harus ditingkatkan kembali.
Adanya bully di media sosial merupakan bentuk kritik terhadap kinerja pemerintah. Jika sudah seperti ini, bukan saatnya lagi para PNS bisa bermalas-malasan.
Rahmat Effendi kemudian menanyakan kepada beberapa staf pemerintahan soal laporan pertanggungjawaban dana hibah. Ternyata, ada dana hibah yang belum dibuat laporannya sejak tahun 2011 oleh staf pemerintahan.
Rahmat menganggap, munculnya bully di media sosial harus menjadi evaluasi bagi PNS untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
"Dari sini, kita semua belajar. Kita semua tanggung jawab. Kalau saya lakukan ini, bukan untuk kepentingan saya. Justru ini jadi motivasi buat kita semua," ujar Rahmat dengan nada suara yang sudah lebih kalem.