TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Imbas kenaikan harga BBM, membuat sebagian angkutan umum di Ibu Kota menaikkan tarifnya.
Padahal, Organisasi Angkutan Daerah (Organda) belum secara resmi menyinggung mengenai kesepakatan kenaikan tarif angkutan umum sehubungan dengan kenaikan harga BBM yang diumumkan Presiden Joko Widodo Senin (17/11/2014) malam.
Misalnya saja untuk bus Kopaja P19 jurusan Ragunan-Tanahabang. Sebelum harga BBM mengalami kenaikan, tarif angkutan ini seharga Rp 3000 jauh dekat. Sementara saat ini, tarif Kopaja mengalami kenaikan Rp 1000 menjadi Rp 4000 jauh dekat.
Eta, sopir Kopaja P19 kepada Wartakotalive.com, Selasa (18/11/2014) mengungkapkan pihaknya mau tidak mau terpaksa menaikkan tarif angkutan.
"Mau ngga mau mbak, karena kan solarnya naik. Biasa kita isi Rp 90.000 sekarang jadi Rp 140.000, belum lagi dua kali ngisi, siang sama sore," keluhnya.
Bukan hanya itu, Eta mengungkapkan selain harga solar yang naik dari Rp 5500 menjadi Rp 7500 per liter setoran kepada pemilik pun juga mengalami kenaikan.
"Nggak cuma BBM, setoran kita juga naik karena BBM naik. Tadinya Rp 450 ribu jadi Rp 500 ribu, ya akhirnya kami naikkan sendiri, kalau engga ya nggak nutup untuk solar dan setoran," tambah pria bertopi tersebut.
Eta mengatakan, dirinya dengan kawan-kawan seprofesi tidak menunggu penyesuaian tarif dari Organda karena akan memakan waktu yang cukup lama. Sementara, ia menambahkan, setoran tetap berjalan.
"Sekarang karena BBM naik kan apa-apa jadi naik, kalau kita ngga inisiatif naikkan tarif, setoran ngga ketutup, belum untuk kebutuhan sehari-hari," imbuhnya.
Ketika ditanyakan apakah hanya dirinya yang menaikkan tarif kendaraan, Eta membantahnya. Ia mengakui bahwa hampir seluruh Kopaja dan Metromini di Ibu Kota sudah menyesuaikan tarifnya dengan kenaikan harga BBM.
Beberapa penumpang sempat kaget ketika mengetahui bahwa kenaikan tarif Kopaja mencapai lebih dari 30 persen.
"Saya kaget juga sih kalau naiknya sampe Rp 1000, soalnya kan solarnya juga Rp 7500, kalau naiknya Rp 500 masih mendinglah, ini kalau tiap hari bolak balik jadi Rp 8000, agak berat juga," keluh Dina (28), penumpang Kopaja.
Menurutnya, wajar saja bila pengelola kendaraan umum mulai menaikkan tarif, tetapi jika terlalu banyak kenaikkannya. Hal tersebut akan sangat membebani penumpang. Oleh karenanya, Dina menginginkan agar Organda segera memutuskan kenaikan tarif angkutan umum dengan tarif yang masuk akal.
Sementara, pantauan Wartakotalive.com, angkutan umum jenis mikrolet M11 dan M09 jurusan Tanahabang-Kebayoran Baru belum menaikkan tarifnya.
Hal ini terlihat dari beberapa penumpang yang masih membayar Rp 3000 untuk jarak dekat dan tidak dikomplain oleh si pengemudi.
"Kami belum mbak, karena masih menunggu dari atas, saya nggak berani kalau menaikkan sendiri," kata pengemudi angkutan M11 yang tidak mau menyebut nama itu.
Ditanya setoran, pria penuh uban yang mengalungkan handuk di leher itu enggan menjawabnya.
Bukan saja angkutan, tetapi bus PPD P213 jurusan Grogol-Kampung Melayu juga masih menggunakan tarif lama, yaitu Rp 3000 untuk jarak jauh maupun dekat. (Agustin Setyo Wardani)