TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Harapan serta keinginan pasangan suami istri, Pita Sari (28) dan Moza Mahendrawika (30) meniti keluarga kecil bahagia akhirnya pupus sudah saat sang buah hati dinyatakan meninggal dunia saat proses bersalain dilahirkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Andhika, Sabtu (8/11). Kematian tidak wajar sang jabang bayi pun dipertanyakan keduanya, karena diketahui bayi dalam keadaan sehat.
Terlihat bersedih, ayah sang bayi malang, Moza Mahendrawika menceritakan kisah pilu yang tengah dirasakan sang istri dan dirinya. Peristiwa tersebut diungkapkannya bermula dari keputusannya memilih lokasi pemeriksaan kandungan sang istri ke RSIA Andhika dari sebelumnya Rumah Sakit Asyifa Depok pada 7 Oktober 2014.
Usia kandungan sang istri yang berusia tujuh bulan tersebut dipantau langsung dan dinyatakan sehat oleh Dr Tagor Sidabutar selaku Dokter Kandungan RSIA Andhika. Selama dua bulan terakhir, dirinya bersama sang istri selalu memeriksaan kondisi anak yang sehat, tidak ada kelainan.
Kondisi tersebut pun katanya, tidak berubah hingga sang istri mencapai masa kandungan sembilan bulan dan mengalami flek tanda mau melahirkan pada Rabu (5/11) lalu. Mengetahui hal tersebut, dirinya kemudian membawa sang istri ke RSIA Andhika yang segera diperiksa oleh bidan rumah sakit tersebut.
"Bidan bilang belum ada pembukaan jalan lahir, soal flek itu hal biasa. Akhirnya saya dan istri pulang lagi ke rumah, karena kondisi anak saya masih sehat dan normal," jelasnya.
Berselang dua hari kemudian, tepatnya pada Jumat (7/11) sore, sang istri merasakan kontraksi. Benar saja, bidan RSIA Andhika mengungkapkan kalau kandungan istrinya sudah mencapai pembukaan dua, tetapi dirinya kemudian kembali dianjurkan untuk pulang agar tidak menunggu terlalu lama.
Namun sesampainya di rumah, kontraksi kandungan sang istri diceritakannya semakin hebat, hingga akhirnya pada sekitar pukul 21.00 WIB dirinya kembali membawa sang istri kembali ke RSIA Andika karena mengalami mulas tiap 5 menit sekali. Bidan pun mengatakan kalau sang istri sudah mencapai pembukaan empat dan menyarankan agar sang istri menginap untuk persiapan persalinan.
Atas usulan bidan dan beberapa bidan lainnya agar pasien dirawat inap, dirinya pun segera mengurus berkas administrasi persalinan sang istri. Dirinya pun memilih kelas satu agar dapat ditangani langsung oleh Dr Tagor Sidabutar.
Selama menunggu proses pembukaan, sang istri katanya sempat diobservasi secara rutin sekitar satu jam sekali hingga pukul 00.30 WIB.
Kondisi sang istri dan anaknya dikatakan bidan dalam kondisi baik dan normal walaupun diketahui sang istri mengalami kontraksi dan mengeluarkan darah.
"Bidan menyebut itu (darah-red) normal. Kami percaya saja, tapi yang mengherankan sejak istri saya masuk kenapa Dokter Tagor Sidabutar tidak ada ditempat, padahal seluruh tindakan seharusnya dilakukan oleh Dokter Kandungan, bukan bidan," tanyanya.
Tidak hanya itu, lanjutnya, kondisi sang istri selepas tengah malam tidak diperiksa kembali secara rutin, pihak rumah sakit beralasan sedang mengambil tindakan atas adanya tiga orang pasien yang sedang menghadapi proses persalinan bersamaan.
"Istri saya sudah mengeluh sakit, saya coba cari bidan dan timnya tapi tidak ada ditempat. Sampai akhirnya bidan datang sekitar jam dua pagi, (Sabtu, 8/11) periksa dan menyatakan kalau bayi di kandungan istri saya dalam keadaan kritis," keluhnya sesal.
Berdasarkan hasil pemantauan denyut nadi sang bayi, disampaikan sang bidan kalau denyut anaknya hanya memiliki rasio 1:1 atau dalam keadaan kritis. Mengetahui hal tersebut, tim bidan pun menghubungi Dr Tagor Sidabutar untuk datang ke rumah sakit.
Menunggu kedatangan dokter kandungan, dirinya mengaku cemas dengan kondisi sang istri dan anak yang masih dalam kandungan. Dirinya pun mengurus seluruh administrasi yang diperlukan guna menyelematkan keduanya hingga akhirnya sang dokter tiba di rumah sakit sekira pukul 03.00 WIB.
"Dokter kemudian memeriksa dan sempat menyuruh (istri-red) mengedan. Karena tidak ada bereaksi, istri saya kemudian dibawa ke ruang operasi caesar sekitar jam setengah empat dan langsung dilakukan operasi jam empat. Tapi begitu anak saya diangkat dan ternyata sudah tidak bisa diselamatkan," jelasnya sedih.