TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepolisian Daerah Metro Jaya terus berupaya mengantisipasi kemungkinan terjadi tawuran warga di sepanjang akhir tahun ini. Bahkan, di wilayah rawan tawuran di Manggarai dan Pasar Rumput ditempatkan sekitar 200 personel polisi, yang dipusatkan di tiga pos pantau.
Polda pun mencari empat orang yang diduga sebagai otak penggerak atau penghasut terjadinya tawuran warga di wilayah tersebut.
”Kami masih memburu empat orang lagi. Mereka kemungkinan bukan warga setempat,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Selasa (30/12/2014).
Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono, Senin, mengungkapkan, enam orang ditangkap terkait tawuran warga yang terjadi di kawasan Manggarai, tepat di berbatasan antara wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
”Tawuran warga ini tidak bisa dibiarkan. Masak satu hari bisa dua-tiga kali, seperti minum obat. Harus ada tindakan tegas, tidak bisa hanya tindakan preventif dan persuasif. Penegakan hukum dikedepankan,” katanya.
Untuk itu, kata Unggung, dalam memburu para pelaku penggerak tawuran warga, selain menempatkan polisi berseragam dalam jumlah cukup, diterjunkan pula polisi reserse dan intelijen. Tim reserse dan intelijen tersebut diperintahkan memprofilkan lebih detail wilayah yang kerap terjadi tawuran serta mengidentifikasi para pelaku tawuran serta provokatornya.
Menurut Rikwanto, enam orang yang sudah ditangkap, yaitu WD, AF, AZ, MAE, WS, dan SG. Mereka adalah warga Jalan Manggarai Utara, Jakarta Selatan, yang terlibat dalam tawuran hari Minggu lalu antara warga di wilayah Manggarai, tepatnya di Tebet, dan warga dari wilayah Tambak, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam tawuran tersebut, sejumlah pelaku menyerang polisi, yang berupaya melerai tawuran. Mereka melemparkan petasan ke arah polisi. Seorang polisi pun terluka akibat petasan itu.
”Dari pemeriksaan pelaku tawuran, diidentifikasi ada empat orang yang diduga menjadi otak provokasi atau penggerak tawuran. Dari hasil identifikasi itu, mereka bukan warga setempat. Mayoritas penduduk setempat adalah orang Sunda dan Jawa, yang kami buru bukan,” katanya.
Motif tawuran atau akar masalah pemicu tawuran masih belum jelas benar. Ada beberapa dugaan, semisal terkait peredaran narkoba dan perebutan lahan parkir atau lahan ekonomi. ”Kalau otak penggerak tertangkap, motif bisa lebih jelas,” katanya.
Agar situasi tetap kondusif, polisi akan terus berjaga di Manggarai hingga awal 2015. (RTS)