News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Saat Oniel Cs Melacak Narkoba

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kanit Satwa K-9 Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Muhyi?, mengecek kondisi kandang anjing pelacak di markasnya di Petamburan, Jakarta Barat, Rabu (4/2/2015). Kandang harus selalu bersih agar anjing pelacak tak sakit.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat tak ada saksi di suatu kejadian. Ketika tak banyak bukti yang bisa bicara. Dan penyelidik polisi bingung memulai penelusuran. Itulah saatnya pasukan bertaring Jakarta keluar dari kandangnya. Melacak, lalu menentukan dari mana polisi harus memulai.

Tapi, Rabu (4/2/2015), belum ada gerakan apapun dari markas Unit Satwa K-9 Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya di Petamburan, Jakarta Barat. Belum ada panggilan tugas. K-9 harus dibaca 'Chanine'. Bahasa Yunani. Artinya 'Pasukan Bertaring'.

Pagi itu anggota polisi (pawang) masih membersihkan deretan kandang. Membuang kotoran dan menyiram kencing. Lalu mensterilkannya agar tak tumbuh bakteri. Kemudian anjing mendapat jatah makan pagi. Sebagian mendapat makanan kering. Beberapa lainnya kebagian makanan basah.

Beberapa pawang masih sibuk membersihkan kandang, saat Oniel, seekor anjing Rootweiler jantan bersantai di kandangnya dengan perut kenyang. Tak terpancing ikut menggonggong. Padahal nyaris semua anjing lain menyalak.

Oniel pelacak narkotik senior disana. Usianya sudah 9 tahun. April nanti dia merayakan ulang tahun ke-10. Usia senja untuk seekor Rottweiler. Oniel datang pertama kali di markas Unit Satwa K-9 saat usianya enam bulan. Dia dibawa dari sebuah peternak anjing di Cinere. Didapat gratis.

Kesehatan Oniel juga luar biasa. Tahun 2014 lalu, ketika banyak kampus di Jakarta jadi sarang Narkoba, Oniel yang usianya sudah 9 tahun masih turun bertugas.

Patsco keluar kandang. Handler atau pemegangnya saat itu Aiptu Saragih. Oleh Saragih, Patsco diperintah mencium darah yang berceceran. Lalu mulai melacaknya.

Dong Dong datang agak terlambat. Polisi sudah mengolah TKP dan mayat telah diangkat. Tapi masih ada sisa ceceran darah. Handlernya meminta Dong Dong melacak jejak darah. Lalu justru berhenti di depan pintu rumah Budi Lia, hanya sekitar 50 meter dari lokasi pembunuhan.

Budi Lia ada di rumahnya saat Dong Dong memaksa masuk. Lalu menyalak keras ke arah pelapor. Polisi pun yakin Budi Lia pelakunya, anak pengusaha itu sendiri.

Rupanya Budi Lia kesal karena orangtuanya memarahi dia saat minta uang Rp 500.000. Kini dia sudah mendekam di penjara. Setelah membunuh kedua orangtuanya, Budi Lia menghilangkan semua jejak. Bahkan Ia mandi sebelum melapor. Tapi penciuman Dong Dong tak bisa dibohongi. (Theo Yonathan Simon Laturiuw)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini