Sekelompok kecil responden memilih di rumah saja sambil menikmati tayangan televisi yang umumnya sudah menyiapkan aneka program menyambut Lebaran. Ada juga warga yang ingin menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan saat tidak mudik.
Namun, ketika dibedah menurut kelas ekonomi, muncul perbedaan aktivitas pendamping acara silaturahim. Kunjungan terbatas ke rumah keluarga ataupun kerabat untuk mengikat tali persaudaraan sebagian besar (60 persen) dilakukan oleh responden yang mempunyai pengeluaran kurang dari Rp 3 juta per bulan.
Sementara itu, bertemu kerabat sambil menikmati pusat perbelanjaan modern, termasuk mal, lebih banyak dipilih responden yang setiap bulannya memiliki pengeluaran lebih dari Rp 3 juta setiap bulannya.
Selain kelas ekonomi, usia rupanya berpengaruh pada pilihan untuk menghabiskan masa libur Lebaran di wilayah Ibu Kota. Kalangan responden remaja hingga keluarga muda lebih suka mengunjungi tempat-tempat wisata sambil mempererat tali kekeluargaan. Menengok lokasi-lokasi wisata ini lebih banyak dilakukan oleh 65 persen responden dengan usia 17-45 tahun, salah satunya adalah Hariadi (36), warga Jakarta Barat. Ia biasa pergi ke tempat wisata saat libur Lebaran bersama-sama dengan keluarga dan kerabat. "Hari kedua atau ketiga Lebaran, biasanya kami jalan-jalan bareng anak, istri, dan saudara-saudara," ujar Hariadi.
Sebaliknya, responden berusia lebih tua cenderung lebih mementingkan kegiatan bersilaturahim ketimbang berwisata ataupun ke pusat perbelanjaan. Sebanyak 53 persen responden yang berumur lebih dari 46 tahun menyatakan prioritas utamanya adalah mengunjungi saudara ataupun kerabat saat libur Lebaran. Tidak sedikit juga responden berusia paruh baya dan usia lanjut lebih memilih berdiam diri di rumah. Mereka lebih menginginkan menikmati libur Lebaran di rumah saja saat tidak pulang ke kampung halaman.
Bagaimanapun, merekatkan tali kekeluargaan pada saat Lebaran telah menjadi salah satu tradisi warga Ibu Kota. Tak peduli di rumah atau di tempat lain, semua orang berjabat tangan, bermaafan dan bersilaturahim menghangatkan suasana Jakarta yang sepi. (Bima Baskara/Litbang Kompas)