TRIBUNNEWS, COM, JAKARTA - Pameran Gebyar Pernikahan Indonesia III-2015 telah berakhir Minggu (13/9).
Acara yang digelar di Kartika Expo, Balai Kartini. sejak Jumat (11/9) lalu itu berlangsung lancar dan bisa dikatakan sukses.
Sebanyak 130-an peserta yang berupa vendor dari beragam perangkat atau elemen pernikahan ini rata-rata mendapat unjungan yang signifikan dari para klien sepanjang tiga hari pameran.
Kendati demikian belum diketahui nilai transaksi yang diperoleh selama pameran.
Yang jelas, ada peningkatan yang signifikan dari jumlah pengunjung.
"Kami perkirakan jumlah pengunjung meningkat dari pameran enam bulan sebelumnya, tetapi datanya masih kami himpun" jelas Tommy Yoewono, managing director dari Parakrama selaku event organizer (EO) Gebyar Pernikahan Indonesia.
Parakrama sudah tiga kali melaksanakan Gebyar Pernikahan Indonesia ini, selalu di Kartika Expo, Balai Kartini.
Pameran dilangsungkan setiap enam bulan sekali. Jumlah pengunjung pameran yang kedua sekitar 15.000 orang. Menurut catatan Parakrama, pameran yang keempat diagendakan akhir Januari 2016.
"Sehubungan dengan rencana pameran yang keempat itu kami sudah mengirimkan surat undangan kepada seluruh vendor dari pameran yang ketiga ini. Kami mengundang mereka untuk pertemuan sekitar dua pekan mendatang, termasuk untuk memperoleh masukan dan share pendapat," jelas Tommy Yoewono, yang juga member of standing committe on educational and training dari Indonesia Exhibition Companies Association (IECA), atau Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi).
Tommy Yoewono berkeliling ke arena pameran dan menyaksikan dinamika yang terjadi pada berbagai vendor peserta Gebyar Pernikahan Indonesia ini.
Dia terkagum-kagum melihat kehebohan yang terjadi pada stan salah satu perusahaan katering, yakni Nendia Primarasa, yang menempati booth A24, yang berarti berada di bagian belakang dari floor-plan konfigurasi pameran.
Namun, stan Nendia Primarasa kesannya selalu heboh.
Meski hanya berukuran 4 x 4 meter, dan relatif paling kecil dibandingkan dengan 13 vendor katering lainnya, akan tetapi booth Nendia Primarasa hampir tak pernah sepi dari kunjungan pengunjung.
Bahkan, alur lalu-lalang pengunjung di sektor belakang ini kerap 'stag' karena adanya kerumunan di depan stan Nendia Primarasa.
"Teman-teman juga heran koq jalur di sini sering stag, ternyata karena adanya antrian untuk masuk ke stan Nendia Primarasa ini dari crowd (pengunjung)," jelas Tommy Yoewono, yang Minggu sore menyempatkan diri untuk mengunjungi stan Nendia Primarasa dan berbincang-bincang dengan Heru Pujihartono, owner dari perusahaan katering yang berkantor di jalan Bina Harapan, kawasan Pancoran, Jaksel, itu.
Tommy Yoewono mengatakan bahwa ia akan tetap fokus pada tagline pernikahan tradisional pada konsep pameran yang diselenggarakannya.
Mungkin karena itu pula masyarakat sudah memiliki penilaian tersendiri pada pameran yang diadakan oleh Parakrama tersebut, yakni sebagai pameran pernikaham terbaik dan terbesar di Indonesia.
Dari beberapa pameran yang mengusung acara pernikahan, misalnya wedding expo, Tommy Yoewono mengakui bahwa Gebyar Pernikahan Indonesia memiliki karakteristik tersendiri.
Hal itu pula yang menjadikan vendor peserta 'GPI' atau Gebyar Pernikahan Indonesia terus bertambah jumlahnya.
Heru Pujihartono, owner Nendia Primarasa, mengakui bahwa pihaknya merasa senang berpartisipasi di GPI ini. Meski baru sekali ikut pameran dalam 11 tahun keberadaan mereka di jagat perkateringan di tanah air, akan tetapi eksistensi Nendia Primarasa sudah diperhitungkan oleh vendor-vendor katering yang jauh lebih tua usianya.
"Konsep pernikahan tradisional yang diketengahkan di GPI ini unik dan harus dipertahankan," jelas Heru Pujihartono, yang mendirikan Nendia Primarasa tahun 2014 bersama istri tercintanya, Resti Nendia. tb