TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Mengenakan kaus dan celana pendek yang robek pada beberapa bagian, Nofianto atau Fian memasuki sebuah rumah sakit di dekat Mall @ Alam Sutera, Kota Tangerang Selatan, Banten, Rabu (28/10/2015) siang.
Dokter Romadhoni yang menangani Fian mengira pasiennya terkena ledakan petasan ataupun alkohol.
Setelah memeriksa korban, Romadhoni baru mahfum kalau Fian adalah korban ledakan bom di Mall Alam Sutera.
"Saya tidak tahu kalau itu akibat bom. Orang lukanya tidak seberapa kok," kata Romadhoni. Fian mengalami luka pada kaki kiri.
Kepada Romadhoni, Fian mengaku terkena ledakan yang berasal dari tempat sampah di dekat kakinya. Saat itu, Fian sedang di dalam toilet di dekat kantin karyawan.
"Dia bilang tiba-tiba ada ledakan dan melukai kaki kirinya," ungkap Romadhoni.
Romadhoni juga menjelaskan, Fian mengalami luka bakar yang luasnya sekitar 20 persen. Dari tingkat keparahan, Fian mengalami luka bakar derajat satu yang berarti luka tersebut tak begitu parah dan pasien tak perlu menjalani rawat inap.
Luka Fian tidak mengeluarkan darah.
"Lukanya bersih kok. Saya juga hanya memasang tiga perban saja, tidak banyak bagian yang harus diperban," kata Romadhoni. Dia mengaku membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk menangani luka Fian.
Setelah dokter mengizinkan korban pulang, Fian segera diboyong polisi. Hingga sekitar pukul 19.00 WIB, wartawan belum berhasil melacak keberadaan Fian.
Fian merupakan satu-satunya korban luka pada ledakan bom berdaya ledak rendah (low explosive) di toilet pria di Lower Ground (LG) Mall @ Alam Sutera, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Rabu sekitar pukul 12.05 WIB. Toilet itu terletak di dekat kantin karyawan dan diperuntukkan bagi para pekerja di mall.
Fian merupakan pegawai kantin Borneo, salah satu kantin untuk karyawan di Lower Ground. Fian ke toilet untuk buang air besar. Namun, kurang dari lima menit sejak Fian masuk toilet, terjadi ledakan yang mengagetkan para karyawan dan pengunjung.
Tak Ada Asap
Lim (52), pengelola kantin 88, segera mendatangi sumber suara ledakan yang berjarak sekitar 15 meter dari tempat usahanya.
"Saya langsung masuk ke dalam (toilet) dan tidak mencium bau ataupun melihat asap, saya langsung menduga ini (ledakan) bom," ujarnya.
Lim pun menyaksikan toilet berukuran sekitar 4x6 meter persegi, dalam kondisi berantakan. Pria yang sudah dua tahun mengelola kantin di Mall @ Alam Sutera itu juga melihat tempat sampah yang hancur dan pecahan kaca di lantai di bilik toilet paling kiri.
Lim menggambarkan, toilet pria di dekat kantin berada pada salah satu sudut dan menghadap ke jalan raya. Di toilet itu terdapat dua bilik WC, lima urinoir, dan dua westafel. Pada setiap bilik, terdapat tempat sampah berbahan logam, berwarna perak, dan penampang atasnya berbentuk oval. Menurutnya, toilet pria terpisah dari toilet perempuan.
Lim menduga bom diletakkan di tempat sampah.
"Saya sih menduganya (bom) ditaruh di tempat sampah, soalnya yang paling hancur adalah tempat sampah, hancur sampai ukurannya sebesar ini," ujar Lim sambil menunjukkan tiga jari tangan kanan yang dirapatkan.
Saat Lim masuk toilet, dia melihat Fian atau Toke sedang ditolong rekannya, Azis.
"Saya tanya, Toke, kamu kenapa? Dia jawab, tidak tahu, Lim. Cuma kaki saya bengkak semua," ujar Lim menirukan jawaban Fian.
Lim melihat pergelangan kaki Fian bengkak dan kulitnya berwarna merah. Bahkan, ada darah pada salah satu kaki korban. Lim juga melihat wajah Fian yang menahan sakit.
"Ia menahan sakit namun masih bisa berbicara sebelum dibawa ke rumah sakit," katanya.
Tini (19), pegawai kantin Pan Work mengatakan, ledakan itu terjadi saat sejumlah kantin mulai menerima pengunjung karena memang sudah memasuki waktu istirahat siang.
Saat terjadi ledakan, Tini sedang mengantar mi instan rebus ke seorang pelanggan. Saat makanan sampai di meja pelanggan, tiba-tiba terjadi ledakan. Sontak para pegawai kantin dan pengunjung pun berhamburan keluar.
"Telinga saya sampai berdenging saking kerasnya," ujar perempuan asal Banyumas tersebut.
Tini mengaku tidak ikut lari keluar karena ia mersa pusing akibat ledakan tersebut. Tini hanya mematung sambil melihat sejumlah orang masuk ke dalam toilet pria yang berjarak sekitar 10 meter dari tempatnya berdiri.
Tidak berselang lama, Tini melihat Fian dipapah Azis, sesama karyawan Borneo. Saat dipapah, Rian yang mengenakan kaus warna merah hitam serta celana jins pendek menunduk dan meringis seperti menahan sakit.
"Kakinya keluar darah saat dipapah keluar oleh Azis," tuturnya.
Tini menjelaskan, di lantai LG terdapat 10 kantin. Rata-rata mulai buka pukul 09.00 WIB namun para pengunjung baru berdatangan mulai pukul 12.00 WIB atau saat jam istirhat.
Menurut Tini, ledakan pada Rabu siang tidak menyebabkan barang-barang di kantin rusak. Kaca jendela pun tidak ada yang pecah.
"Tidak ada yang rusak, hanya saja suaranya sangat keras, lebih keras dari suara petasan," paparnya.
Lim menjelaskan, meski toilet itu berada di area kantin untuk pegawai, namun toiletnya bisa dipakai oleh semua pengunjung. Siapapun bebas keluar masuk toilet, termasuk yang bukan pembeli atau pelanggan kantin.
Menurut Lim, tidak ada petugas kemananan tidak ada yang berjaga atau memeriksa orang yang hendak memasuki kantin.
"Kantin ini tidak ada security yang berjaga, beda dengan kantin-kantin lain, di sini hanya dijaga oleh CCTV," ujar Lim. (Tribunnews/rio/taf)