Tribunnews.com, Jakarta- Arif (38) terengah-engah berlari di trotoar sebelum Halte Transjakarta Polda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.
Ia memperlambat langkahnya saat mendekati halte. Tepat di belakang halte, trotoar untuk pejalan kaki ambles sedalam tiga meter.
Selain itu, panjang jalan ambles mencapai empat meter. Untuk mengamankan pejalan kaki, trotoar tersebut dipasangi satu papan setinggi satu setengah meter sebagai pemberitahuan jalan rusak.
Sedangkan di sisi samping jalan, terpasang besi sepanjang trotoar.
"Ini tadi saya jalan harus hati-hati. Karena jalannya di jalan utama, bukan trotoar," kata Arif kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (9/11/2015).
Pejalan kaki tampak harus berjalan berdampingan dengan kendaraan dari arah Bundaran Patung Pemuda menuju Bundaran Hotel Indonesia.
Kondisi tersebut dikeluhkan dan disebut cukup berbahaya.
"Ya bahaya. Karena kan mau naik atau turun halte harus lewat jalan utama itu. Kasihan juga orang-orang," kata Arif.
Senada dengan Arif, Rita (35), pegawai swasta di Kawasan Sudirman juga mengatakan kondisi tersebut berbahaya. Ia harus melintas di luar trotoar.
"Ini kayak menantang maut aja, apalagi saya jalannya lawan arah," kata Rita.
Di dalam trotoar amblas tersebut tidak terdapat kayu, kabel, atau papan seperti jalan ambles di sekitarnya. (Kahfi Dirga Cahya)