TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ledakan granat tangan di Gedung Multipiranti Graha, Jalan Radin Inten II, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin (16/11/2015) sekitar pukul 03.30, mengakibatkan bagian depan bangunan berlantai empat itu hancur.
Akibat kejadian itu, karyawan dari 12 perusahaan yang menyewa gedung itu diliburkan. Hingga Senin petang, puluhan anggota kepolisian masih berjaga-jaga di sekitar tempat kejadian perkara (TKP).
Garis polisi (police line) juga masih terpasang. Selain itu, meski bekas ledakan telah dibersihkan oleh petugas, dahsyatnya sisa ledakan masih bisa terlihat dengan jelas.
Sejumlah kaca di area lobi gedung hancur berkeping-keping. Sebagian lagi retak dan meninggalkan puluhan lubang-lubang keci
Banyaknya lubang kecil membuat penampilan bagian depan gedung layaknya baru saja diberondong ratusan butir peluru.
Namun, polisi mengatakan bahwa lubang itu disebabkan oleh serpihan granat. Tak sampai di situ, plafon bagian depan gedung juga ikut hancur. Lampu yang tertempel di plafon copot dan rusak.
Pada saat kejadian, gedung itu sedang dijaga oleh dua petugas keamanan, Maulana dan Slamet Haryanto.
Maulana mengalami luka di dada karena saat kejadian dia sedang bermain handphone di lantai dekat lobi. Sedangkan Slamet selamat karena di saat dia tengah menonton televisi di pos satpam.
Besarnya daya ledak granat itu diakui oleh Ahmadi, Ketua RT 08/10 Kelurahan Duren Sawit. Dia yang sebelum kejadian sedang terlelap tidur tiba-tiba terbangun karena mendengar suara ledakan.
Kebetulan, rumah Ahmadi terletak hanya sekitar 100 meter di belakang gedung Mulitipiranti Graha. "Awalnya, saya mengira suara ban meletus, tapi kok kencang sekali. Makanya saya keluar untuk mencari tahu. Ternyata nggak lama kemudian Slamet teriak, dia bilang gedung hancur dilempar bom," bilang Ahmadi di tempat kejadian, Senin (16/11/2015).
Setelah suara ledakan hilang, Maulana terkapar karena dadanya tertusuk serpihan kaca. Warga berdatangan ke lokasi kejadian.
Dalam kepanikan, Ahmadi dan Slamet serta warga lain berusaha menghentikan mobil yang lewat untuk membawa Maulana ke rumah sakit. Namun, tidak ada yang mau berhenti.
Bahkan, taksi juga tidak bersedia mengantar karena takut.
Beruntung, tidak lama kemudian muncul Albert dengan mobilnya. Dia adalah karyawan showroom Nissan, yang gedungnya bersebelahan dengan Multipiranti Graha. Saat itu Albert hendak pulang ke rumahnya di Kranggan, Bekasi.
"Pak Albert yang membawa Maulana ke RS Islam Pondok Kopi untuk mendapat perawatan," terang Ahmadi.
Tanpa CCTV
Gedung Multipiranti Graha berdiri sejak tahun 1990-an. Saat ini pemiliknya adalah Reyes Sembiring, pengusaha tambang dalam bendera PT Buena Persada Mining Services (BPMS). Selain dijadikan kantor Buena, Reyes juga menyewakan gedung kantor kepada belasan perusahaan lain.
Setelah mendengar kejadian, pagi-pagi sekali Reyes sudah datang ke gedung miliknya. Hingga kemarin, Reyes masih dimintai keterangan oleh pihak kepolisian.
Meski telah berdiri cukup lama, gedung Multipiranti Graha tidak pernah dipasangi kamera tersembunyi alias CCTV (closed circuit television).
Akibatnya, baik petugas kepolisian maupun pihak keamanan gedung kesulitan mengidentifikasi siapa pelaku pelemparan granat. Saksi mata juga minim karena kejadiannya dini hari.
"Memang sejak awal gedung kita belum pernah dipasangin CCTV," ujar Usman (43), salah satu petugas keamanan gedung, Senin siang.
Usman merupakan salah satu dari enam satpam yang bekerja di Multipiranti Graha, termasuk Slamet dan Maulana yang menjadi korban. Tiap hari ada empat satpam yang bekerja. Dua pagi dan dua malam. Sedangkan dua lainnya libur.
Dikatakan Usman, setahu dia hanya dua gedung yang memiliki CCTV di sekitar tempat kejadian, yakni showroom Nissan dan pool Blue Bird Radin Inten. Namun, itu pun jaraknya cukup jauh dengan TKP.
Usman mengaku masih bingung terkait siapa pelaku pelemparan granat. Dia juga tak mampu menduga-duga, karena selama bekerja di Multipiranti Graha, dia tidak pernah mendengar ribut-ribut, baik itu seputar internal PT Buena maupun internal perusahaan lain yang menyewa gedung.
Sebagai petugas keamanan, dia juga merasa tidak pernah ada masalah, baik antara satpam dengan penyewa gedung (tennant), atau antara satpam Multipiranti dengan pihak luar. Misalnya dengan satpam perusahaan-perusahaan lain yang bertebaran di sekitar Jalan Radin Inten II. Karena itu, dia bingung siapa sasaran granat itu.
"Semua (petugas) sekuriti di sekitar sini teman saya, rata-rata orang kampung sini. Makanya nggak pernah ada masalah. Setahu saya di dalam kantor juga nggak pernah dengar ada masalah. Lha, tiba-tiba ada yang lempar granat," ujarnya. (Gopis Simatupang)