"Sebelumnya, tahun 1985 saya bertugas sebagai perawat di ruang ICU dan IGD, tapi sejak 1989 saya dipindahkan ke kamar mayat sampai sekarang, karena saat itu kekurangan pegawai," katanya.
Dedi mengatakan, bertugas di kamar jenazah bisa jadi tugas yang jarang diminati orang.
Namun, baginya pekerjaan mengurusi jenazah menjadi ibadah tersendiri baginya.
"Bayangkan saja, tidak semua jenazah masuk kesini dalam kondisi baik. Sering jenazah yang kondisinya sudah tidak baik dan tidak ada identitasnya, kita wajib mempelakukan jenazah itu secara baik pula, dimandikan dikafani sebelum dikuburkan," ujarnya.
Baginya, pekerjaanya sebagai petugas forensik merupakan tugas mulia.
"Saya anggap pekerjaan saya ini sebagai ibadah dan saya bersyukur dengan pekerjaan ini saya bisa membantu orang," ungkapnya.
Segudang pengalaman telah dia rasakan selama menjadi petugas kamar mayat.
Misalnya, Dedi sering diprotes oleh keluarga korban karena tak sabar ingin cepat membawa jenazah anggota keluarganya.
"Keluarga korban datang ke kamar mayat dan marah-marah, mereka mau mengambil jenazah keluarganya. Tapi sesuai aturan harus menunggu surat dari polisi dulu. Paling saya coba tenangkan mereka dan beri mereka pengertian," katanya.
Selama hampir 26 tahun bertugas, berbagai bentuk mayat telah dia tangani, mulai yang masih utuh hingga sudah tak berbentuk.
Kadang, korban yang sudah tak utuh adalah korban kecelakaan.
Doakan jenazah
Dedi Subandi punya ritual khusus sebelum menangani jenazah.
"Pertama saya berdoa kepada Allah, lalu saya dekati jenazahnya dan saya doakan jenazah tersebut," katanya.