TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Delapan nama calon Gubernur DKI Jakarta berikan pandangannya soal penertiban Kalijodo.
Wacana penertiban Kalijodo berawal dari Fortuner maut. Pengendara Fortuner bernama Riki Agung Prasetyo hilang kendali. Kecelakaan terjadi, hingga merenggut empat nyawa sekaligus.
Sebelum kecelakaan, Riki sempat mampir ke Kalijodo untuk minum bir. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian berpandangan, yang menjadi masalahnya bukan Kalijodo, tapi minumannya.
Kini, nasi telah menjadi bubur. Kalijodo jadi 'tumbal' kecelakaan Fortuner maut.
Kawasan pelacuran kumuh yang sudah berdiri lebih dari setengah abad ini, akan dijadikan Taman Pisang oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.
Penertiban Kalijodo menjadi sorotan utama satu pekan terakhir. Tidak terkecuali dari delapan calon gubernur DKI.
Masing-masing punya pandangan yang berbeda soal kawasan yang dulu dikenal dengan sebutan Kali Angke.
Basuki Tjahaja Purnama - Kalijodo untuk Ruang Terbuka Hijau
Basuki yang akrab disapa Ahok mengatakan, penertiban Kalijodo bukan soal praktik prostitusinya.
Tapi, untuk meningkatkan rasio ruang terbuka hijau (RTH) di Ibu Kota. Kini, Jakarta baru mencapai 9,88 persen dari target RTH ideal 30 persen.
Mau ada prostitusi atau perjudian, bantaran kali harus kembali kepada peruntukkannya, yakni dijadikan jalan inspeksi RTH.
"Kalijodo bukan soal prostitusinya. Kalau Kalijodo bukan di jalur hijau dan sesuai Peraturan Daerah, akan saya resmikan. Tapi masalahnya bukan," ujar Ahok.
Ahok menjelaskan, prostitusi sudah ada sejak zaman nabi. Dia tidak mempermasalahkan adanya prostitusi. Di Jakarta, kata Ahok, prostitusi sudah menyebar di hotel, apartemen, dan kawasan kumuh.
"Jakarta itu, banyak prostitusi. Di hotel dan apartemen, banyak. Tapi Kalijodo tidak mengerti bagaimana seks yang aman," kata mantan Bupati Belitung Timur tersebut.