Sementara Siti sendiri mengaku hanya meringis namun tidak menangis. "Saya diam saja," kata Siti.
Menurutnya saat semua peristiwa ambruknya atap secara beruntun berhenti, kepanikan masih terus terjadi. Sejumlah siswa menangis dan histeris.
"Saya gak tahu mau ngapain, diam aja," katanya.
Akhirnya, seorang guru melihat kepala Siti terluka dan membawanya ke RS Kostrad Cilodong.
"Jadi yang dibawa ke rumah sakit, saya sama 4 teman saya," katanya.
Jumat siang, kata Siti. ia akhirnya diperbolehkan pulang dan dijemput pihak sekolah dari rumah sakit sekaligus diantar ke rumah.
Siti merupakan anak yatim. Ibunya Ruminah hanya pembantu rumah tangga di Komplek Kostrad. Sementara ayahnya sudah lama meninggal. Siti merupakan bungsu dari 4 bersaudara.
Di rumahnya yang sederhana, Siti tinggal bersama ibu dan seorang kakaknya.
Waki Wali Kota Depok Pradi Supriatna menuturkan selain akan membantu biaya pengobatan Siti sampai sembuh, ia berjanji akan mempecantik rumah Siti, yang kondisinya sangat sederhana sekali.
"Siti ini anak yatim, sehingga akan kami perhatikan. Rencananya kami juga akan memperbaiki rumahnya," kata Pradi.
Rumah Siti yang cukup sederhana memang perlu sejumlah perbaikan. Sebagian alas rumah masih tanah, walau sebagian besar sudah menggunakan ubin.
Rumah yang mungil dengan lebar sekitar 4 meter itu memiliki tiga bagian dari ruang tamu, kamar tidur, dan langsung berbatasan dengan kamar mandi dan dapur di belakangnya.
Menurut Pradi, seiring waktu dan dukungan keluarga serta guru, ia yakin trauma Siti untuk belajar di gedung SDN Kalibaru 6 akan hilang.
"Apalagi nanti sekolah diperbaiki dengan jaminan gedung yang lebih aman," kata Pradi.