TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selain dipenuhi para pengumpul besi tua, kawasan pemukiman Kalijodo dipenuhi warga yang baru meninggalkan pemukiman.
Mereka berdiri di depan jalan kepanduan menunggu mobil sewaanya datang.
Sebelum meninggalkan pemukiman mereka menyampaikan salam perpisahan terlebih dahulu ke warga lainnya yang masih berada di pemukiman.
Suasana haru menyelimuti warga saat melihat tetangganya menaiki mobil Elf.
Tuti, penjaga warung kopi asal Yogyakarta, tak kuasa menahan tangis tatkala tetangganya berpamitan ke warungnya.
Ia menangis sambil memeluk tetangganya. Tuti pun memberikan makanan dan minuman dagangannya untuk bekal tetangganya tersebut.
Menurut Tuti, tetangganya yang bernama Marni tersebut hendak pulang ke Pemalang. Ia memilih pulang kampung dan menolak pemberian rusun dari Pemprov DKI.
"Karena sudah tua, ia memilih pulang, katanya ingin hidup tenang," ujar Tuti.
Menurutnya ia sudah mengenal tetangganya sekitar empat tahun lalu. Tetangganya tersebut merupakan pengusaha cafe yang berganti profesi menjadi penjual makanan.
"Dia orangnya baik, sudah tidak usaha cafe lagi tiga tahun terakhir, makanya saya sedih," ujar Tuti.
Tuti mengaku baru akan memberikan warung kopi miliknya Minggu malam. Setelah digusur ia akan pindah berjualan ke Jatinegara, Jakarta Timur.
"Nanti malam saya beres-beres, ini hanya ngabisin barang dagangan saja," katanya.
Menurut Tuti, akibat penggusuran ia kehilangan pendapatan satu juta setiap harinya. Tuti mengaku ia memiliki dua warung di Kalijodo, dan keuntungan dari setiap warung Rp 500 ribu.
"Sekarang kalau pindah, harus mulai dari nol, harus ngerintis lagi," tuturnya